MAKALAH
KELOMPOK
6
PENYAKIT
DEMAM BERDARAH DENGUE
Di Susun oleh :
CHRISMAN NATA KUSUMA (11100005)
ELISABETH NATALIA WODA (11100009)
GREGORIUS KRISNA DWIPAYANA (11100011)
SITI KADIJAH MELA (11100054)
SULASNO (11100055)
DIONISIUS MARTINUS SERA (11100061)
MORSE FIRDAUS N.A. (13100082)
BENY AFRIANTO (11100004)
PROGRAM STUDI
S1 KEPERAWATAN
MATAKULIAH : SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI
DOSEN PEMBIMBING : DWI AGUSTIANA SARI, S.KEP., NS.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GUNA BANGSA YOGYAKARTA
2013
Kata Pengantar
Ucapan syukur yang mendalam penulis
sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, berkat rahmat dan kurnia melimpah yang
di berikan-Nya kepada penulis, sehingga tersusunlah makalah ini. Tidak ada yang
tidak mungkin dilakukan jika kita berusaha pasti ada jalan yang mengantar kita
untuk sampai kepada keberhasilan mencapai sesuatu, tulisan sederhana ini adalah
contoh kecil dari perwujudan hal tersebut.
Adapun
makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Imun dan
Hematologi. Proses belajar yang dilakukan adalah dengan cara membagi mahasiswa
kedalam beberapa kelompok diskusi, dan masing-masing kelompok tersebut membahas
masing-masing pokok bahasan. Kelompok kami membahas topik tentang penyakit
“Demam Berdarah Dengue.” Penyusunannya diangkat dari hasil diskusi kelompok,
dimana para mahasiswa diperkenankan aktif berdiskusi untuk menyampaikan
pendapat masing-masing secara teratur sesuai arahan ketua kelompok. Ucapan
terima kasih kami sampaikan kepada ibu Dwi
Agustiana Sari, S.Kep., Ns. Selaku pembimbing mata kuliah Sistem Imun dan
Hematologi. Serta ucapan terimakasih kepada teman-teman sekalian yang telah
ikut berpartisipasi dalam penyusunan tulisan sederhana ini.
Penulis sadar bahwa sebagai manusia
biasa, dalam penyusunan makalah ini masih banyak sekali kekurangan. Untuk itu
kritik dan saran dari para pembaca kami terima dengan senang hati jika terdapat
kejanggalan maupun kesalahan yang tidak diketahui penyusun.
Yogyakarta, 23 September 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul
i
Kata Pengantar
ii
Daftar Isi
iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. LATAR
BELAKANG...........................................................................................................1
B. TUJUAN PENULISAN ......................................................................................................2
C.MANFAATPENULISAN......................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
3
FISIOLOGI SISTEM HEMATOLOGI
3
FUNGSI DARAH
3
BAGIAN-BAGIAN DARAH
3
1.
Definisi
6
2.
Etiologi
6
3.
Manifestasi Klinis
7
4.
Klasifikasi
9
5.
Patofisiologi
9
6.
Pemeriksaan
Penunjang
11
7.
Penatalaksanaan
11
8.
Diagnosa
Keperawatan
13
9.
Rencana
Keperawatan
14
DAFTAR PUSTAKA
21
BAB III CONTOH
KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN
3
Pengkajian Keperawatan
22
Analisa Data
32
Diagnosa Prioritas Keperawatan
34
Rencana Keperawatan
34
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Penyakit
Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit menular yang dapat
menimbulkan kejadian luar biasa/wabah. Nyamuk penularnya ( Aedes Aegypti ) yang
tersebar luas sehingga penularannya dapat terjadi di semua tempat. Karena
banyaknya kasus demam berdarah yang terjadi negara Indonesia, maka Indonesia
berencana meluncurkan hari demam berdarah se-ASEAN (ASEAN Dengue Day) yang
disepakati setiap tanggal 15 Juni. Tujuan dari peluncuran ASEAN Dengue Day ini
adalah meningkatkan komitmen nasional dan antarnegara anggota ASEAN pada upaya
pengendalian demam berdarah, baik pencegahan, penanggulangan, hingga tata
laksana sehingga angka kejadian dan kematian akibat DBD bisa
ditekan.
Kasus
DBD di Kaltim, tahun 2007 mencapai 5.244 kasus meninggal dunia 102 orang. Tahun
2008 sebanyak 5.777 kasus meninggal 105 orang dan tahun 2009 sebanyak 5.244
kasus meninggal sebanyak 68 orang. Terbanyak penderitanya adalah di Samarinda,
Balikpapan dan Kukar dengan angka kematian sebesar 1,9 persen. Berdasarkan dana
Dinkes Samarinda tahun 2009 terdapat 1.138 kasus dengan angka kejadian
26/10.000 penduduk. Sedangkan di Indonesia, Dengan jumlah kematian sekitar
1.317 orang tahun 2010, Indonesia menduduki urutan tertinggi kasus demam
berdarah dengue di ASEAN. Untuk itu, Indonesia bekerja sama dengan
negara-negara anggota ASEAN dalam membasmi penyakit DBD. Berdasarkan data P2B2,
jumlah kasus DBD di Indonesia tahun 2010 ada 150.000 kasus. Menurut Rita,
potensi penyebaran DBD di antara negara-negara anggota ASEAN cukup tinggi
mengingat banyak wisatawan keluar masuk dari satu negara ke negara lain.
Bila
pada kasus anak dengan DHF ini lambat penanganannya, maka akan dapat terjadi
komplikasi seperti efusi pleura karena adanya kebocoran lambung akibat
meningkatnya permeabilitas membrane, perdarahan pada lambung karena anak
mengalami mual dan muntah serta kurangnya nafsu makan, terjadi pembesaran pada
hati, limpa dan kelenjar getah bening karena bocornya plasma yang mengandung
cairan, dan dapat terjadi syok hipovolemik karena adanya peningkatan nilai
hematokrit.
Berdasarkan
angka kejadian diatas dan masalah-masalah yang terjadi akibat lambatnya
penanganan, maka kelompok akan memberikan asuhan keperawatan pada klien An. W
dengan diagnose medis DHF sehingga penulisan dalam makalah ini mengambil judul
“ Asuhan Keperawatan Pada Klien An. W dengan Dengue Hemorrhagic Fever ( DHF ).
2. Tujuan Penulisan
2.1 Tujuan
umum
Memberikan gambaran
kepada masyarakat tentang penyakit DHF serta agar dapat diaplikasikan asuhan
keperawatan pada anak yang terinfeksi DHF.
2.2 Tujuan
Khusus
Diharapkan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan DHF, kelompok akan dapat :
a. Memberikan
gambaran tentang pengkajian asuhan keperawatan pada anak usia prasekolah
tentang penyakit DHF
b. Memberikan
gambaran tentang diagnose keperawatan yang akan muncul jika seorang anak
terinveksi virus dengue.
c. Memberikan
gambaran tentang intervensi keperawatan pada anak dengan DHF
d. Memberikan
gambaran tentang implementasi keperawatan pada anak dengan DHF
e. Memberikan
gambaran tentang evaluasi keperawatan pada anak dengan DHF
f. Memberikan
gambaran tentang dokumentasi keperawatan pada anak dengan DHF setelah melakukan
pengevaluasian dari semua tindakan.
3. Manfaat
Penulisan
3.1 Manfaat
bagi mahasiswa
Meningkatkan
pengetahuan dan memperoleh pengalaman dalam melakukan asuhan keperawatan pada
keluarga secara langsung.
3.2 Manfaat
bagi institusi pendidikan
Laporan makalah ini
diharapkan dapat menjadi tolak ukur sejauh mana upaya meningkatkan kemampuan
mahasiswa dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Fisiologi Sistem Hematologi
Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat didalam
pembuluh darah yang warnanya merah. Warna merah itu keadaannya tidak tetap
tergantung pada banyaknya O2 dan CO2 didalamnya.
Darah yang banyak mengandung CO2 warnanya merah tua. Adanya
oksigen dalam darah diambil dengan jalan bernafas, dan zat ini berguna pada
peristiwa pembakaran/metabolisme didalam tubuh.
( Syarifuddin,
2006).
Darah terdiri dari elemen-elemen dan plasma dalam jumlah
setara. Elemen-elemen yang tersebut adalah sel darah merah (eritrosit), sel
darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit).
(Elizabeth
J. Corwin, 2001)
Fungsi
Darah
Fungsi
darah terdiri atas :
1) Sebagai alat pengangkut yaitu :
a) Mengambil
oksigen/zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh jaringan tubuh.
b) Mengangkut karbon dioksida dari jaringan untuk
dikeluarkan melalui paru-paru.
c) Mengambil
zat-zat makanan dari usus untuk diedarkan dan dibagikan keseluruh jaringan/otot
tubuh.
d) Mengangkat/mengeluarkan
zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit dan
ginjal.
2) Sebagai
pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam tubuh dengan
perantasan leukosit dan antibodi/zat-zat anti racun.
3) Menyebarkan panas keseluruh tubuh.
Bagian-bagian
Darah
Jika darah dilihat begitu saja maka ia merupakan zat cair
yang warnanya merah, tetapi apabila dilihat dibawah mikroskop maka nyatakah
bahwa dalam darah terdapat benda-benda kecil bundar yang disebut sel-sel darah,
sedang cairan berwarna kekuning-kuningan disebut plasma.
Jadi
nyatalah bahwa darah terdiri dari dua bagian yaitu :
1) Sel-sel
darah
a) Eritrosit (sel darah merah)
b) Leukosit (sel darah putih)
c) Trombosit (sel pembeku darah)
2) Plasma
darah
a) Air : 91%
b) Protein : 3%
(albumin, globulin, protrombin dan fibrinogen)
c) Mineral : 0,9%
(natrium klorida, natrium bikarbonat, garam fosfat, magnesium), kalsium, dan
zat besi).
d) Bahan
organik : 0,1% (glukosa, lemak,
asam urat, kreatinin, kolesterol, dan asam amino).
Eritrosit 9sel darah merah) kalau
kita periksa dan lihat dibawah miskroskop maka nyatalah bahwa eritrosit dapat
diterangkan sebagai berikut : Bentuknya seperti cakram/bikonkaf dan tidak
mempunyai inti, ukuran diam eter kira-kira 7,7 unit (0,007 mm) tidak dapat
bergerak. Banyaknya kira-kira 5 juta dalam 1 mm3 (4½ juta)
warna kuning kemerah-merahan, karean didalam mengandung zat yang disebut
hemoglobin, warna ini akan bertambah merah jika didalamnya banyak mengandung
oksigen, fungsinya mengikat O2 dari paru-paru untuk diedarkan
keseluruh jaringan tubuh dan mengikat karbon dioksida (CO2) dari
jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
Leukosit (sel darah putih), bentuk
dan sifat leukosit berlainan dengan eritrosit apabila kita lihat dibawah
mikroskop maka akan terlihat bentuknya yang dapat berubah-ubah dan dapat
bergerak dengan perantara kaki palsu (pseudopodia) mempunyai bermacam-macam
inti sel sehingga ia dapat dibedakan menurut inti selnya, warnanya bening
(tidak berwarna, banyaknya dalam 1 mm3 darah kira-kira 6.000 –
9.000. Funsginya : sebagai serdadu tubuh yaitu membunuh dan memakan bibit
penyakit/bakteri yang masuk kedalam jaringan RES (sistem retikuloendotelial)
tempat pembiakannya di dalam limpe dan kelenjar limpe ; sebagai pengakut yaitu
mengangkut/membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpe terus kepembuluh
darah.
Sel leukosit disamping beredar
dipembuluh darah juga terdapat diseluruh jaringan tubuh manusia. Pada
kebanyakan penyakit disebabkan oleh masuknya kuman/infeksi maka jumlah leukosit
yang ada didalam daerah akan lebih banyak dari biasanya. Hal ini disebabkan sel
leukosit yang biasanya tinggal didalam kelenjar limpe, sekarang beredar didalam
darah untuk mempertahankan tubuh dari serangan penyakit tersebut jika jumlah
leukosit dalam darah melebihi 10.000/mm3 disebut leukostosis
dan kurang dari 6.000/mm3 disebut leukopenia.
Macam-macam leukosit,
meliputi :
a) Agranulosit
(1) Limfosit
(2) Monosit
b) Granulosit
(1) Neutrofil
atau polimorfonukleat leukosit
(2) Basofil
(3) Eusonofil
Trombosit (sel pembeku) merupakan
benda-benda kecil yang mati yang bentuk dan ukurannya bermacam-macam, ada yang
bulat ada yang lonjong, warnanya putih, normal pada orang
dewasa 200.000 – 300.000/mm3, fungsinya memegang
peranan penting dalam pembekuan darah. Jika banyak kurang dari normal, maka
kalau ada luka darah tidak cepat membeku sehingga timbul perdarahan terus
menerus. Trombosit lebih dari 300.000 disebut trombositosis. Tetapi jika kurang
dari 200.000 disebut trombositopenia. Didalam plasma darah terdapat suatu zat
yang turut membantu terjadinya peristiwa pembekuan darah, yaitu Ca2t dan
fibrinogen. Fbrinogen mulai bekerja apabila tubuh mendapat luka.
Plasma darah merupakan bagian cairan
darah yang membentuk sekitar 5% dari berat badan, merupakan media sirkulasi
elemen-elemen darah yang membentuk sel darah merah, sel darah putih dan sel
pembeku darah juga sebagai media transportasi bahan organik dan anorganik dan
suatu organ atau jaringan. Hampir 90% dari plasma terdiri dari air, disamping
itu terdapat pula zat-zat yang larut didalamnya. Untuk mendapatkan plasma darah
jika harus mencampurkan dulu sedikit sitras natrikus kedalam darahm, supaya
darah tidak membeku sesudah itu dipasang suatu alat dan dibiarkan beberapa
lama, maka akan kelihatan beberapa sel-sel darah turun atau mengendap dan
bagian diatasnya tinggal cairan bening yaitu plasma darah yang didalamnya
terdapat serum darah.
Kalau darah yang keluar dari tubuh
kita dibiarkan membeku maka bagian bawah bekuan tadi terdapat cairan yang juga
warnanya bening, yang disebut serum darah. Jadi serum merupakan plasma tanpa
fibrinogen yang didapat dengan membekukan darah.
Zat-zat dalam plasma darah :
a) Fibrinogen yang berguna dalam
peristiwa pembekuan darah.
b) Garam-garam
mineral (kalsium, kalium, natrium dan lain-lain) yang berguna dalam metabolisme
dan juga mengadakan osmotik.
c) Protein darah
(albumin, globulin) meningkatkan viskositas darah dan juga menimbulkan tekanan
osmotik untuk memelihara keseimbangan cairan dalam tubuh.
d) Zat makanan (asam amino,
glukosa, lemak, mineral dan vitamin).
e) Hormon yaitu : suatu zat yang
dihasilkan dan kelenjar tubuh.
f) Antibodi/antitoksin.
Darah terdiri dari plasma darah dan
sel-sel darah, plasma darah sebagian besar terdiri dari air dan zat-zat yang
larut didalamnya (misalnya zat makanan, hormon, antibodi dan lain-lain) sel-sel
leukosit merupakan pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit.
( Syarifuddin,
2006)
1. Definisi
a. DHF (Dengue Hemorragic Fever) adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh empat
serotipe virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam
tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali dan tanda kegagalan sirkulasi
sampai timbul renjatan (sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran
plasma yang dapat menyebabkan kematian.
(Soegeng Soegijanto, 2002)
b. DHF (Dengue Haemorragic Fever) adalah merupakan penyakit anak yang disebabkan oleh
virus dengue yang termasuk golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk Aedes
aegipty betina.(A.Aziz alimul hidayat,2005).
c. DHF (Dengue
Haemorragic Fever) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegipty.
(DR. Nursalam, 2005)
d. Demam Berdarah Dengue (DBD) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa
dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi dan biasanya memburuk setelah 2
hari pertama. (Arif Mansjoer, 2000).
e. Penyakit demam
berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue I, II, III,
dan IV yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepti dan Aedes albopictus. (Soegeng
Soegijanto, 2002)
2. Etiologi
Penyebab demam berdarah dengue (DBD)
atau dengue haemorragic fever (DHF) adalah virus dengue. Di Indonesia virus
tersebut saat ini telah diisolasi menjadi 4 serompe virus dengue yang termasuk
dalam grup B. Dari arthopedi borne virus (arbovirus) yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3,
DEN-4. Ternyata DEN-2
dan DEN-3 merupakan serotipe yang menjadi penyebab terbanyak. Di Thailand
dilaporkan bahwa serotipe DEN-2 adalah dominan sementara di Indonesia yang
terutama deominan adalah DEN-3 tapi akhir-akhir ini adalah kecenderungan
dominan DEN-2.
( Nursalam,
2005)
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4
yang ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes Aegypti. Infeksi dengan salah satu
serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan
tetapi tidak ada perlndungan terhadap serotipe lain.
Ø Ciri-ciri nyamuk Aedes Aegypti
Badannya kecil, warnanya hitam dan
berbelang-belang, menggigit pada siang hari, badannya datar saat hinggap, hidup
di tempat-tempat yang gelap (terhindar dari sinar matahari, jarak terbangnya
kurang dari 100 M dan senang menggigit manusia). Aedes Aegypti betina mempunyai
kebiasaan berulang (multi diters) yaitu menggigit beberapa orang secara
bergantian dalam waktu singkat.
3. Manifestasi Klinis
Infeksi virus dengue mengakibatkan
manifestasi klinis yang bervariasi mulai dari asimtomatik, penyakit paling
ringan, demam dengue, demam berdarah dengue sampai syndrome syok dengue. Timbulnya bervariasi berdasarkan derajat Demam berdarah
dengue.
Fase pertama yang relatif ringan dengan demam mulai
mendadak, malaise muntah, nyeri kepala, anoreksia, dan batuk.
Pada fase kedua ini penderita biasanya menderita
ekstremitas dingin, lembab, badan panas, maka merah, keringat banyak, gelisah,
iritabel, dan nyeri mid-epigastrik. Seringkali ada petekie tersebar pada dahi
dan tungkai, ekimosis spontan mungkin tampak, dan mudah memar serta berdarah
pada tempat fungsi vena adalah lazim. Ruam makular atau makulopopular mungkin
muncul dan mungkin ada sianosis sekeliling mulut dan perifer. Nadi lemah
cepat dan kecil dan suara jantung halus. Hati mungkin membesar sampai 4-6 cm dibawah
tepi costa dan biasanya keras agak nyeri. Kurang dari 10% penderita ekimosis
atau perdarahan saluran cerna yang nyata, biasanya pasca masa syok yang tidak
terkoreksi.
Menurut patokan dari WHO pada tahun
1975, diagnosa DBD (DHF) harus berdasarkan adanya gejala klinik sebagai berikut
:
1. Demam tinggi mendadak
dan terus menerus selama 2-7 hari (tanpa sebab jelas).
2.
Manifestasi perdarahan: paling tidak terdapat uji turnikel positif dari
adanya salah satu bentuk perdarahan yang
lain misalnya positif, ekimosis, epistaksis, perdarahan yang lain misalnya
petekel, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, melena, atau hematomesis.
3. Pembesaran hati (sudah
dapat diraba sifat permulaan sakit).
4. Syok
yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang menurun (menjadi 20
mmHg atau kurang), tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80
mmHg atau kurang), disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada
ujung hidung, jari dan kaki, pasien menjadi gelisah, timbul sianosis disekitar
mulut.
Bentuk ringan demam dengue menyerang
semua golongan umur dan bermanivestasi lebih berat pada orang dewasa. Demam
dengue pada bayi dan anak berupa demam ringan yang disertai dengan timbulnya
ruam makulopapular. Pada anak besar dan dewasa, penyakit ini dikenal dengan
sindrom triase dengue yang berupa demam tinggi dan mendadak yang dapat mencapai
40C atau lebih dan terkadang disertai dengan kejang demam, sakit kepala,
anoreksia, muntah-muntah (vomiting), epigastrik discomfort, nyeri perut kanan atas
atau seluruh bagian perut dan perdarahan, terutama perdarahan kulit, walaupun
hanya berupa uji tourniguet positif. Selain itu, perdarahan kulit dapat
berwujud memar atau juga berupa perdarahan spontan mulai dari petechiae (muncul
pada hari-hari pertama demam dan berlangsung selama 3-6 hari) pada ekstremitas,
tubuh, dan muka, sampai epistaksis dan perdarahan gusi, sementara perdarahan
gastrointestinal masih lebih jarang terjadi dan biasanya terjadi pada kasus
syok yang berkepanjangan. Pada masa konvalesens seringkali ditemukan eritema
pada telapak tangan dan kaki dan hepatomegali. Nyeri tekan sering kali
ditemukan tanpa ikterus maupun kegagalan peredaran darah.
Tanda-Tanda Perdarahan
1. Karena manipulasi
Rumpel leed test
a. Teknik
- Klien
diukur tekanan darahnya dan dicari sistol dan diastolnya.
- Setelah
ketemu kemudian dijumlahkan lalu dibagi dua.
- Hasil
digunakan untuk patokan mempertahankan tekanan air raksa tensimeter.
- Pompa
lagi balon tensimeter sampai patokan tadi lalu kunci dan pertahankan sampai 5
menit.
- Setelah
itu buka kuncinya dan mansit dilepaskan.
- Kemudian
lihat apakah ada petekie / tidak didaerah vola lengan bawah.
b. Kriteria :
Ã… bila jumlah petekie > 20
± bila jumlah petekie 10 - 20
⊝ bila jumlah petekie 10
2. Perdarahan spontan
a. Petekil/
ekimosis
b. Perdarahan gusi
c. Epistakeis
d. Hematomesis/ melena
4. Klasifikasi
Klasifikasi Demam Berdarah Dengue
menurut WHO (1975)
· Derajat
I : Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan
spontan, uji turnikel positif, trombositopeni dan hemokonsentrasi.
· Derajat II :
Derajat I disertai perdarahan spontan dikulit dan atau perdarahan lain.
· Derajat III :
Kegagalan sirkulasi: nadi cepat dan lemah, hipotensi kulit dingin, lembab,
gelisah.
· Derajat IV :
Renjatan berat, denyut nadi dan tekanan darah tidak dapat diukur.
5. Patofisiologi
Hal pertama yang terjadi setelah
virus masuk kedalam tubuh penderita adalah viremia yang mengakibatkan penderita
mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh,
ruam atau bintik-bintik merah pada kulit), hiperemi tenggorokan dan hal lain
yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran
hati (hepatomegali) dan pembesaran limpa (splenomegali). Peningkatan
dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi,
hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (Syok).
Hemokontrasi (peningkatan hematokrit
32%) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma
(plasma leakage) sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan
pemberian cairan intravena. Oleh karena itu ada penderita Demam Berdarah Dengue
(DHF) sangat dianjurkan untuk memantau hematokrit darah berkala untuk
mengetahui berapa persen hemokonsentrasi yang terjadi.
Setelah pemberian cairan intravena,
peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi
sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya
untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya jika tidak
mendapat cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang
dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.
Jika renjatan atau hipovolemik
berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian
apabila tidak segera diatasi dengan baik. (Christantie Effendy,1995).
|
6. Pemeriksaan Penunjang
1.
Darah lengkap :
hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20% atau lebih) trombositopeni (100.00/mm3 atau
kurang).
2.
Pemeriksaan darah rutin dilakukan
untuk menskrining penderita demam dengue adalah melalui uji rumpel leede,
pemeriksaan kadar hemoglobin, kadar hematokrit dan hapus darah tepi untuk
melihat adanya limpositosis relatif disertai gambar limfosit plasma biru.
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (metode cell
culture) atau pun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR
(Reverse Transcriptosi Polymerase Chain Reachon). Namun ketika teknik yang
rumit yang berkembang saat ini adalah uji serologi (adanya antibodi spesifik
terhadap antibodi total, IgM maupun IgG).
3.
Serotogi : uji HI (Hemaaglutination
Inhibition test).
Pemeriksaan serologi ditujukan untuk
deteksi antibodi spesifik terhadap virus dengue. Pemeriksaan yang banyak
digunakan adalah berupa uji HI (Haemoglobin Inhibition test : uji hambatan
hemaglutinasi) yang merupakan standar WHO, kemudian uji indirect ELica, uji
captured Elisa untuk dengue baik IgM captured-Elisa (MAC-ELISA) maupun IgG
captured-ELISA. dnegue blot/dengue stick/dot imunosial dengue dan uji SCT
(immuno-enromotographie test) antara lain dengue rapid test, sedangkan uji
fiksasi komplemen dan uji netralisasi sudah lama ditinggalkan karena rumit dan
tidak praktis.
4.
Uji HI yang merupakan uji serologis
yang dianjurkan menurut standar WHO, dapat mendeteksi antibody anti-dengue,
dimana infeksi virus dengue akut ditandai dengan terdapatnya peningkatan titer
empat kali atau lebih antara sepasang sera yaitu serum akut dan serum
konvalesens, disamping itu 1 : 2.560 menunjukkan interpretasi infeksi
flovivirus skondes. (Soegeng Soegianto, 2006).
5.
Rongten thorax : untuk mengamati ada tidaknya effusi
pleura.
7. Penatalaksanaan
1.
Minum banyak
1,5-2 liter/24 jam dengan air teh, gula atau susu.
2.
Antipiretik jika terdapat demam.
3.
Antikonvulsan jika terdapat kejang.
4.
Pemberian
cairan melalui infus, dilakukan jika pasien mengalami kesulitan minum dan nilai
hematokrit cenderung meningkat.
Berdasarkan kenyataan dimasyarakat penatalaksanaan kasus
Dengue Haemorragic Fever (DBD) dibagi sebagai berikut :
a. Kasus Dengue
Haemorragic Fever (DBD) yang diperkenakan berobat jalan
Bila penderita mengeluh panas, tetapi keinginan makan dan
minum masih baik. Untuk mengatasi panas tinggi yang mendadak diperkenankan
memberi obat panas paracetamol 10-15 mg/kg BB setiap 3-4 jam diulang jika
gejala panas masih nyata diatas 38,5C. Obat panas salisilat tidak dianjurkan
karena mempunyai resiko terjadinya penyulit perdarahan dan asidosis. Sebagian
besar kasus Dengue Haemorragic Fever (DHF) yang berobat jalan ini adalah kasus
Dengue Haemorragic Fever (DHF) yang menunjukkan manifestasi panas hari pertama
dan hari kedua tanpa menunjukkan penyulit lainnya.
Apabila penderita Dengue Haemorragic Fever (DHF) ini
menunjukkan manifestasi penyulit hipertermi dan konvalesens sebaiknya kasus ini
dianjurkan untuk dirawat inap.
b. Kasus Dengue
Haemorragic Fever (DHF) derajat I dan II
Pada hari ke 3, 4, dan 5 panas dianjurkan rawat inap karena
penderita ini mempunyai resiko terjadinya syok. Untuk mengantisipasi kejadian
tetesan berdasarkan tatanan 7,5%. Pada saat fase panas penderita dianjurkan
banyak minum air buah atau oralit yang biasa dipakai untuk mengatasi diare.
Apabila hematokrit meningkat lebih dari 20% dan harga normal merupakan
indikator adanya kebocoran plasma dan sebaiknya penderita dirawat diruang
observasi dipusat rehidrasi selama kurun waktu 12-14 jam.
c. Penatalaksanaan
Dengue Haemorragic Fever (DHF) derajat III , IV
“Dengue Shock Syndrome” (sindrome renjatan dengue) termasuk
kasus kegawatan yang membutuhkan penanganan secara cepat dan perlu memperoleh
cairan pengganti secara tepat. Biasanya dijumpai kelainan asam basa dan
elektrolit (hiponatremi). dalam hal ini perlu dipikirkan kemungkinan dapat
terjadi DIC. Terkumpulnya asam dalam darah mendorong terjadinya DIC yang dapat
menyebabkan terjadinya perdarahan hebat dan renjatan yang sukar diatasi.
Penggantian secara cepat plasma yang hilang digunakan
larutan garam isotonik (ringer laktat, 5% dekstrose, larutan ringer asetat dan
larutan normal garam faali) dengan jumlah 10-20 ml/kg/1 jam.
d. Obat penenang
Pada beberapa kasus obat penenang dibutuhkan terutama pada
kasus yang sangat gelisah. Obat yang hipatoksik sebaiknya dihindari, chloral
hidrat oral atau rektal dianjurkan dengan dosis 12,5-50 mm/kg (tetapi jangan
lebih 1 jam) digunakan sebagai satu macam obat hipnotik.
e. Terapi oksigen
f. Transfusi darah.
g. Kelainan ginjal
Dalam keadaan syok, harus yakin
benar bahwa penggantian volume intravaskuler telah benar-benar terpenuhi dengan
baik. Apabila diuresis belum mencukup 2 ml/kg BB/jam sedangkan cairan yang
diberikan sudah sesuai kebutuhan, maka selanjutnya furosemid 1 mg/BB dapat
diberikan pemantauan tetap dilakukan untuk jumlah diuresis, kadar ureum dan
kreatinin. Tetapi apabila diuresis tetap belum mencukupi, pada umumnya syok
juga belum dapat dikoreksi dengan baik maka pemasangan Centrol Venous Pressure
(CVP) perlu dilakukan untuk pedoman pemberian cairan selanjutnya.
h. Monitoring
Tanda vital dan kadar hematokrit harus dimonitor dan
dievaluasi secara teratur untuk menilai hasil pengobatan.
i. Kriteria
memulangkan pasien
Pasien dapat dipulangkan apabila :
1) Tidak
demam selama 24 jam tanpa antipiretik.
2) Nafsu makan membaik.
3) Tampak perbaikan secara klinis.
4) Hematokrit stabil.
5) Tiga hari
setelah syok teratasi.
6) Jumlah trombosit 200.000-300.000
/mm3
7) Tidak disertai distress
pernapasan.
8) Ruang khusus darurat penderita Dengue Haemorragic
Fever (DHF)
(Soegijanto Soegeng.2002)
8. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang sering dijumpai pada pasien
dengan Dengue Hemorhagic Fever
a. Peningkatan suhu tubuh
(hipertermi) berhubungan dengan infeksi virus dengue.
b. Deficit volume cairan tubuh
berhubungan dengan ketidakseimbangan input dan output cairan.
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.
d. Resiko tinggi
terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan hebat, penurunan
tekanan osmotik.
e. Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan fisik.
f. Resiko terjadinya
perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.
g. Kecemasan
orang tua/keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan, dan kurang
informasi.
( sumber : perawatan pasien DHF, Christiantie efendy
)
9. Rencana Keperawatan
a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan
dengan infeksi virus dengue.
Tujuan keperawatan :
Peningkatan suhu tubuh dapat teratasi, dengan criteria :
- Suhu
tubuh normal (35° C- 37,5° C)
- Pasien
bebas dari demam
Rencana
intervensi :
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
|
1. Kaji
saat timbulnya demam.
2. Observasi
tanda-tanda vital tiap 3 jam.
3. Beri
kompres hangat pada dahi.
4. Beri
banyak minum ( ± 1-1,5 liter/hari) sedikit tapi sering
5. Ganti pakaian klien dengan bahan tipis menyerap keringat.
6. Beri penjelasan pada
keluarga klien tentang penyebab meningkatnya suhu tubuh.
7. Kolaborasi pemberian obat anti piretik.
|
1. Untuk
mengidentifikasi pola demam pasien.
2. Tanda-tanda
vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
3. Kompres
hangat dapat mengembalikan suhu normal memperlancar sirkulasi.
4. Mengurangi
panas secara konveksi (panas terbuang bersama urine dan keringat sekaligus
mengganti cairan tubuh karena penguapan).
5. Pakaian
yang tipis menyerap keringat dan membantu mengurangi penguapan tubuh akibat
dari peningkatan suhu dan dapat terjadi konduksi.
6. Penjelasan
yang diberikan pada keluarga klien bisa mengerti dan kooperatif dalam
memberikan tindakan keperawatan.
7. Dapat
menurunkan demam
|
b. Defisit
Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan (defisit volume cairan) tubuh
berhubungan dengan ketidakseimbangan input dan output cairan.
Tujuan
intervensi :
Volume
cairan tubuh seimbang, dengan criteria :
- Turgor
kulit baik
- Tanda-tanda vital dalam batas
normal
Rencana
intervensi :
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
|
1. Kaji
keadaan umum klien dan tanda-tanda vital.
2. Kaji
input dan output cairan.
3. Observasi
adanya tanda-tanda syok.
4. Anjurkan
klien untuk banyak minum.
5. Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian cairan I.V.
|
1. Mengetahui
dengan cepat penyimpangan dari keadaan normalnya.
2. Mengetahui
balance cairan dan elektrolit dalam tubuh/homeostatis.
3. Agar
dapat segera dilakukan tindakan jika terjadi syok.
4. Asupan
cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh.
5. Pemberian
cairan I.V sangat penting bagi klien yang mengalami deficit volume cairan
untuk memenuhi kebutuhan cairan klien.
|
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual,
muntah, anoreksia.
Tujuan
intervensi :
Kebutuhan
nutrisi klien terpenuhi, dengan criteria :
- Porsi
makan yang disajikan dihabiskan.
Rencana
intervensi :
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
|
1. Kaji
keadaan umum klien
2. Beri
makanan sesuai kebutuhan tubuh klien.
3. Anjurkan
orang tua klien untuk memberi makanan sedikit tapi sering.
4. Anjurkan
orang tua klien memberi makanan TKTP dalam bentuk lunak
5. Timbang
berat badan klien tiap hari.
6. Kolaborasi
pemberian obat reborantia.
|
1. Memudahkan
untuk intervensi selanjutnya
2. Merangsang
nafsu makan klien sehingga klien mau makan.
3. Makanan
dalam porsi kecil tapi sering memudahkan organ pencernaan dalam metabolisme.
4. Makanan
dengan komposisi TKTP berfungsi membantu mempercepat proses penyembuhan.
5. Berat
badan merupakan salah satu indicator pemenuhan nutrisi berhasil.
6. Menambah
nafsu makan
|
d. Resiko
tinggi terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan hebat,
penurunan tekanan osmotic.
Tujuan :
Tidak terjadi
syok hipovolemik, dengan criteria :
- Keadaan
umum membaik
- Tanda-tanda vital dalam batas
normal
Rencana
intervensi :
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
|
1. Monitor
keadaan umum klien
2. Observasi
tanda-tanda vital
3. Monitor
tanda-tanda perdarahan
4. Anjurkan
pada pasien/ keluarga untuk segera melapor jika ada tanda-tanda perdarahan.
5. Cek
hemoglobin, hematokrit, trombosit
|
1. Memantau
kondisi klien selama masa perawatan terutama saat terjadi perdarahan sehingga
tanda pra syok, syok dapat ditangani.
2. Tanda
vital dalam batas normal menandakan keadaan umum klien baik
3. Perdarahan
yang cepat diketahui dapat teratasi sehingga klien tidak sampai pada tahap
syok hipovolemik akibat perdarahan yang hebat.
4. Keterlibatan
keluarga untuk segera melaporkan jika terjadi perdarahan terhadap pasien
sangat membantu tim perawatan untuk segera melakukan tindakan yang tepat.
5. Untuk
mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami klien dan untuk
acuan melakukan tindak lanjut terhadap perdarahan.
|
e. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan
:
Klien mampu melakukan aktivitas sehari-hari, dengan criteria :
- Kebutuhan
aktivitas sehari-hari terpenuhi.
- Klien
mampu mandiri setelah bebas demam
Rencana
intervensi :
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
|
1. Kaji
hal-hal yang mampu dilakukan klien.
2. Bantu
klien memenuhi kebutuhan aktivitasnya sesuai dengan tingkat keterbatasan
klien.
3. Beri
penjelasan tentang hal-hal yang dapat membantu dan meningkatkan kekuatan
fisik klien.
4. Libatkan
keluarga dalam pemenuhan ADL klien
5. Jelaskan
pada keluarga dan klien tentang pentingnya bedrest ditempat tidur.
|
1. Mengetahui
tingkat ketergantungan klien dalam memenuhi kebutuhannya.
2. Bantuan sangat
diperlukan klien pada saat kondisinya lemah dalam pemenuhan kebutuhan
sehari-hari tanpa mengalami ketergantungan pada orang lain.
3. Dengan
penjelasan, pasien termotivasi untuk kooperatif selama perawatan terutama
terhadap tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan fisiknya.
4. Keluarga
merupakan orang terdekat dengan klien
5. Untuk mencegah
terjadinya keadaan yang lebih parah
|
f. Resiko
terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.
Tujuan :
Tidak
terjadi perdarahan intra abdominal, dengan criteria :
- Tidak
terjadi tanda-tanda perdarahan
- Jumlah
trombosit meningkat
Rencana
intervensi :
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
|
1. Monitor
tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda-tanda klinis.
2. Beri
penjelasan tentang pengaruh trombositopenia (pada keluarga.
3. Monitor
jumlah trombosit setiap hari.
4. Anjurkan
klien untuk banyak istirahat.
5. Beri
penjelasan pada pasien/ keluarga untuk segera melapor jika ada tanda-tanda
perdarahan lebih lanjut seperti: hematemesis, melena, epistaksis.
|
1. Penurunan
jumlah trombosit merupakan tanda-tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang
dapat menimbulkan tanda klinis berupa perdarahan nyata, seperti epistaksis,
petechiae.
2. Agar
pasien/ keluarga mengetahui hal-hal yang mungkin terjadi pada pasien dan
dapat membantu mengantisipasi terjadinya perdarahan karena trombositopenia
3. Dengan
jumlah trombosit yang dipantau setiap hari dapat diketahui tingkat kebocoran
pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan yang dialami oleh klien
4. Aktivitas
klien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan.
5. Keterlibatan
keluarga dengan segera melaporkan terjadinya perdarahan (nyata) akan membantu
pasien mendapatkan penanganan sedini mungkin.
|
g. Kecemasan keluarga berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan dan kurang informasi.
Tujuan :
Kecemasan keluarga teratasi, dengan criteria :
- Orang tua tidak bertanya lagi
tentang penyakit anaknya
- Ekspresi
wajah ceria
Rencana intervensi
:
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
|
1. Kaji
tingkat kecemasan orang tua
2. Jelaskan
prosedur pengobatan perawatan anaknya.
3. Beri
kesempatan pada orang tua untuk bertanya tentang kondisi anaknya.
4. Beri
penjelasan tiap prosedur/ tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien dan
manfaatnya bagi pasien
5. Beri
dorongan spiritual.
|
1. Mengetahui
kecemasan orang tua klien dan memudahkan menentukan intervensi selanjutnya.
2. Untuk
menambah pengetahuan dan informasi kepada klien yang dapat mengurangi
kecemasan orang tua.
3. Untuk
memperoleh informasi yang lebih banyak dan meningkatkan pengetahuan dan
mengurangi stress.
4. Memberikan
penjelasan tentang proses penyakit, menjelaskan tentang kemungkinan pemberian
perawatan intensif jika memang diperlukan oleh pasien untuk mendapatkan
perawatan yang lebih optimal
5. Memberi
ketenangan kepada klien dengan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
|
10. Implementasi
Melakukan
tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah direncanakan
sebelumnya.
11. Evaluasi
Evaluasi
keperawatan DHF adalah mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan dalam
memenuhi kebutuhan pasien penderita DHF.
Diagnosa
yang akan di evaluasi diantaranya yaitu :
a. Peningkatan
suhu tubuh (Hipertermi) berhubungan dengan infeksi virus Dengue, teratasi
dengan suhu tubuh normal (36-37 oC), klien tidak demam lagi
b. Defisit
volume cairan berhubungan dengan ketidakseimbangan input dan output cairan akan
teratasi.
c. Nutrisi
kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, anoreksia. teratasi dengan
kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, klien mampu menghabiskan porsi yang
diberikan.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan fisik teratasi dengan: klien mampu beraktifitas mandiri dan mampu
memenuhi aktivtasnya sendiri.
e. Kecemasan orang tua/keluarga berhubungan dengan
kurang pengetahuan dan kurang informasi.teratasi
f. Reaksi hospitalisasi berhubungan dengan Lingkungan baru dan jauh dari orang terdekat
DAFTAR PUSTAKA
Hadinegoro,
Sri Rezeki. H, dkk. (2004). Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia.
Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Suriadi, Yuliana R,
2001, Asuhan Keperawatan pada Anak, Edisi I,
Penerbit PT.
Fajar Interpratama : Jakarta.
Nelson, 2000, Ilmu Kesehatan
Anak, Bagian II, Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Nertina,
Sandra. M. (2001). Pedoman Praktik Keperawatan. Alah Bahasa : Alfrina Hany.
Jakarta : EGC
Ngastiyah, 1997, Perawatan
Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Noer,
Sjaifulloh, dkk. (1996). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1 edisi 3. Jakarta : FKUI
BAB III
CONTOH KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN
Sdr.
W berumur 20 tahun masuk rumah sakit pada tanggal 19 september 2013. klien
mengatakan mengalami demam secara mendadak naik turun di sertai mual, muntah
dan tidak nafsu makan selama 3 hari.
klien juga mengatakan sudah 5
hari mengalami demam tetapi iya hanya menggangap demam biasa. Ketika di lakukan
pemeriksaan fisik di dapatkan s : 390C, Nadi : 89 x/mnt, 140/80
mmhg, akral teraba hangat, bibirnya kering, turgor kulit jelek (kurang elastis)
dan klien tampak pucat. Setelah di lakukan pemeriksaan kesan laboratorium di dapat trombositopenia dengan adanya hemokonsentrasi (hemotokrit mengalami peningkatan 20 %)
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Tanggal
Masuk : 19 September 2013
Ruang/kelas : II (dua)
No.
Kamar : 201
Diagnosa
Medis : DBD
a. Identitas Pasien
1. Nama : sdr.W
2. Umur :
20 tahun
3. Jenis
Kelamin : laki-laki
4. Agama : Khatolik
5.
Suku/Bangsa :
Jawa/Indonesia
6.
Pendidikan : S1ilmu keperawatan
7. Pekerjaan
: Mahasiswa
8. Alamat :
Jln Puri
Permata No.7
Condongcatur, Depok,
Sleman, YOGYAKARTA
9. Penangung
Jawab : Ny.K (39 th)
10. Hubungan
dengan Pasien : Ibu dari sdr.W
b. Riwayat Sakit dan Kesehatan
1. Keluhan
Utama :
klien mengalami demam
2. Riwayat Penyakit Sekarang : kliem mengatakan mengalami demam secara mendadak naik turun di
sertai mual, muntah dan tidak nafsu makan selama 3 hari.
4. Riwayat
Alergi : klien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi
5.
Riwayat Kesehatan Keluarga : klien mengatakan bapaknya juga pernah menderita seperti yang di
alami klien saat ini.
6.
Susunan Keluarga (Genogram):

c. Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola Nutrisi
a. Makan
|
Pengkajian
|
Sebelum Sakit
|
Saat Sakit
|
|
Jenis
|
Nasi, sama
sayur bening
|
Nasi, sayur
|
|
Porsi
|
Satu piring
|
Setegah
piring
|
|
Frekuensi
|
3xsehari (pagi, siang & sore)
|
1 x sehari
(sore)
|
|
Diet
Khusus
|
Tidak ada
|
Banyak minum
air putih
|
|
Makanan
yang disukai
|
Sayur bening
|
Tidak ada
|
|
Pantangan
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
|
Nafsu
makan
|
Biasa (baik)
|
Kurang
|
|
Kesulitan
menelan
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
|
Gigi palsu
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
|
Data
tambahan lain
|
-
|
-
|
b. Minum
|
Pengkajian
|
Sebelum Sakit
|
Saat Sakit
|
|
Frekuensi
|
5xsehari
|
3xsehari
|
|
Jumlah
(cc)
|
3 liter/hari
|
1,5
liter/hari
|
|
Jenis
|
Air putih,
susu
|
Air putih,
susu
|
|
Data
Tambahan lain
|
-
|
-
|
c. Antropometri
Berat Badan
Sebelum
sakit : 55 kg
Saat sakit : 54 kg
Tinggi Badan : 160 cm
|
Pemeriksaan
|
BB Ideal
|
IMT
|
Presentase Penurunan BB
|
|
Hasil
|
91%
|
22
|
1.9%
|
|
Keterangan
|
normal
|
normal
|
|
Keterangan:
§ BB Ideal =
BB/TB – 100 x 100%
>120 % obesitas
110-120% overweigth
80-109% normal
<80% underweigth
§ Indeks Masa
Tubuh (IMT)= BB(kg)/TB (m)2
<20 under W
20-24 Normal
25-30 Overweight
>30 Obesitas
§ Persentase
penurunan BB = BB sblm skt-BB saat ini x 100%
BB
sblm skt
|
2.Persepsi/penatalaksanaan Kesehatan
(pandangan pasien terhadap penyakitnya)
Menurut
klien akibat kurang menjaga kebersihan lingkungan rumahnya
|
3.Pola
Istirahat/Tidur
|
Pemeriksaan
|
Sebelum
Sakit
|
Saat Sakit
|
|
Jml jam
tidur siang
|
2 jam
|
1 jam
|
|
Jml jam
tidur malam
|
8 jam
|
7 jam
|
|
Pengantar
tidur
|
Suasana tenang
|
Suasana tenang
|
|
Gangguan
tidur
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
|
Perasaan waktu bangun
|
Segar bugar
|
Lelah
|
|
4.Pola
aktivitas latihan
|
Pemeriksaan
|
Sebelum
Sakit
|
Saat Sakit
|
|
Alat Bantu
|
Tanpa alat bantu
|
Tanpa alat bantu
|
|
Mandi
|
2x sehari
|
1x sehari
|
|
Gosok Gigi
|
2x sehari
|
1x sehari
|
|
Keramas
|
1x sehari
|
1x sehari
|
|
Potong
Kuku
|
1x seminggu
|
Tidak
|
|
Berpakaian
|
0
|
1
|
|
Eliminasi
|
0
|
0
|
|
Mobilisasi
|
0
|
1
|
|
Ambulasi
|
0
|
1
|
|
Naik/Turun
Tangga
|
0
|
1
|
|
Rekreasi
|
0
|
1
|
|
Skor
0 : Mandiri
1 : Dibantu sebagian
2 : Perlu bantuan orang lain
3 : Perlu bantuan orang lain dan alat
4 : Tergantung/tidak mampu
5.Pola konsep diri
a. Body image : klien mengatakan tidak ada masalah
dengan kondisi fisiknya
b. Ideal diri : klien mengatakan ingin cepat sembuh
dari sakitnya
c. Harga diri : klien mengatakan tidak ada masalah
dengan harga diri
d. Peran :
klien mengatakan sebagai mahasiswa
e. Identitas diri : klien
mengatakan dia adalah seorang laki-laki
|
6.Pola
Eliminasi
|
Pemeriksaan Eliminasi Urin
|
Sebelum Sakit
|
Saat Sakit
|
|
Frekuensi/hari
|
5-7x sehari
|
6x sehari
|
|
Pancaran
(Kuat, lemah, menetes)
|
kuat
|
sedang
|
|
Jumlah/BAK
|
35 ml
|
33 ml
|
|
Bau
|
Normal (ammonia)
|
Normal (ammonia)
|
|
Warna
|
kuning
|
kuning
|
|
Perasaan stlh BAK
|
nyaman
|
nyaman
|
|
Total
Produksi urin/hari (cc)
|
250 cc
|
200 cc
|
|
Kesulitan BAK
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
|
Pemeriksaan
Eliminasi Alvi
|
Sebelum Sakit
|
Saat Sakit
|
|
Frekuensi
|
2x sehari
|
2x sehari
|
|
Konsistensi
|
Lunak, hangat
|
Lunak, hangat
|
|
Bau
|
normal
|
normal
|
|
Warna
|
kuning
|
kuning
|
|
Kesulitan
BAB
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Balance
Cairan
|
Pemeriksaan
|
Jenis (cc)
|
Total
|
|
Intake
|
Makan:
nasi, sayuran : 25 cc
Minum: 35
cc
Infus: 200
cc
Transfusi:
-
|
260 cc
|
|
Output
|
Urine: 35
cc
Feses: 65
cc
Muntah: -
Drainage:
70 cc
Perdarahan:
IWL: 30 cc
|
200 cc
|
|
Balance
Cairan
|
Total
intake-total output
|
260cc -200cc
|
|
7. Pola Nilai Kepercayaan
a. Larangan agama : larangan untuk melakukan perbuatan jahat
b.Keterangan lainnya : -
c. Lainnya :
-
|
8. Pola Kognitif perceptual
a. Bicara :
jelas dan lancar
b.Bahasa :
Jawa dan Indonesia
c. Kemampuan
membaca : lancar
d. Tingkat
ansietas : dapat
teratasi oleh diri sendiri
e. Perubahan
sensori : tidak ada
perubahan sistem sensori
|
9. Pola Koping
a. Pola
koping
: klien mengatakan akan
mempercayai tindakan medis untuk kesembuhan penyakitnya
b. Pola peran dan berhubungan : klien berhubungan baik dengan
keluarganya
|
10. Pola Peran - Hubungan
a. Pekerjaan :
mahasiswa
b. Hub. Dengan orang lain : berjalan dengan rukun
c. Kualitas bekerja : termasuk mahasiswa yang
berprestasi
d. System pendukung : alat- alat elektronik
|
11.Pola
Seksual Reproduksi
a. Status perkawinan :
belum kawin
b. Pola
seksual reproduksi :
pasien laki-laki dan tidak ada gangguan seksual
c. Masalah yang terkait dengan kesehatan
reproduksi : tidak ada
|
c. Pemeriksaan Fisik
1. Tingkat
Kesadaran : CM GCS: normal
2. Tanda
Vital dan Respon Nyeri
a. Nadi :
89 x/mnt (normal 95x/mnt)
b. Suhu : 39oC (normal 36o -37,5o C)
c. RR : 21 x/mnt (normal 20-24x/mnit)
d. Tekanan
Darah : 130/80 mmHg (normal 120/80)mmHg
e.
Nyeri :
-Palliative/Profokatif
: tidak mengalami nyeri
- Quality : tidak ada
- Region :
![]() |
|||
![]() |
|||
Depan Belakang
- Scale :
tidak ada
-Time :
tidak ada
|
3.
Kepala :
·
Kulit : tidak terdapat lesi, ketombe.
·
Rambut : berwarna hitam, tidak rontok,
·
Muka :tidak terdapat lesi,.
4. Sistem Sensori Persepsi
·
Mata
Inspeksi
Konjungtiva :berwarna
merah mudah
Sklera :
berwarna putih, tidak ikterik
Pupil :
isokor
Palpebra : tidak
terdapat lesi.
Lensa :
jernih
Palpasi
Tekanan intra Okular : normal
·
Hidung : tidak ada polip dan bersih
·
Gigi : tidak ada caries
dentis
·
Bibir : kering dan pecah-pecah
·
Leher : tidak terdapat pembesaran
tiroid
·
Telinga
Lubang Telinga : bersih, tidak ada lesi
Membran Tympani : tidak terdapat ruftur
Gangguan Pendengaran : tidak mengalami gangguan pendengaran.
|
5. Sistem Respirasi
a. Inspeksi
Bentuk :
dada simetris
b. Palpasi
Tractil Fremitus :
simetris (tidak ada nyeri tekan)
c. Perkusi : sonor
d. Auskultasi
Suara Nafas : vesikuler
Suara Nafas tambahan: tidak ada suara tambahan
|
6. Sistem Kardiovaskuler
a. Inspeksi
Bentuk :
simetris
b. Palpasi
Iktus Cordis : normal (teraba pada
intercosta sinistra ke V)
c. Perkusi
Batas Jantung :
terletak di Intercosta ke III dextra medial dan intercosta I-V sinistra lateral
mendekati midclavicula.
Pembesaran Jantung : tidak terdeapat pembesaran jantung
d. Auskultasi
Bunyi normal :
auskultasi pada ictus cordis (itercosta 5 sinistra) terdapat suara lup dup
Bunyi tambahan : tidak
terdapat bunyi jantung tambahan
e. Cappilary Refill : < 2 detik
|
5.
S i s t em Persyarafan (Neurogical )
a. GCS
Eye : 4
Verbal : 6
Motorik : 5
b. Sistem sensorik
Tajam :
tidak terdapat gangguan pada ketajaman fungsi sensorik
Tumpul : tidak terdapat
ketumpulan pada sistem sensorik
Halus : tidak
terdapat masalah pada kehalusan fungsi sensorik
Kasar : tidak
terdapat kekasaran pada sistem sensorik
c. Sistem motorik
Keseimbangan : mampu
bergerak dengan seimbang dan baik
Koordinasi gerak : tidak
terdapat masalah pada koordinasi gerak
d. Reflek
Bisep : berespon
sempurna
Trisep :
berespon sempurna
Patella : berespon
sempurna
Meningeal : berespon
sempurna
Babinsky : berespon
sempurna
Chaddock : berespon
sempurna
|
6. S i s t em Gastrointestinal
a. Inspeksi
Bentuk : simetris,
tidak terdapat ulserasi
Tepi Perut : simetris,
tidak terdapat lesi atau gangguan lainnya.
Bendungan pembuluh darah: tidak ada
Ascites : tidak ada
b. Auskultasi
Peristaltik : 14 x/mnt
(normal : 15-25 x/mnt)
c. Palpasi
Nyeri :
tidak terdapat nyeri tekan
Massa :
tidak ada massa pada saat dipalpasi
Benjolan :
tidak terdapat benjolan
Pembesaran hepar : tidak ter
Pembesaran Lien : tidak ada
Titik Mc. Burney : bentuk
bulat, tidak ada kotoran, tidak ada lesi
d. Perkusi : bunyi resonan
e. Rektum : tidak ada masalah pada saat buang air
besar
|
7. Sistem Musculoskeletal
a. ROM : penuh
b. Keseimbangan : normal, dapat berdiri tegak,
bergerak dengan leluasa
c. Kekuatan otot
Ekstremitas superior dextra :
5/5
Ekstremitas superior sinistra :
5/5
Ekstremitas inferior dextra :
5/5
Ekstremitas inferior sinistra :
5/5
|
8.
S i s t em Integument
a. Inspeksi : tidak terdapat luka, kulit tampak sedikit
kering
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak kasar
c. Pitting Oedem : tidak terdapat pitting oedem
d. Akral : teraba hangat
|
9.
Sistem Reproduksi
a. Pria
Inspeksi : tidak ada kelainan pada alat
reproduksi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada
alat reproduksi, tidak terdapat kelainan
b. Wanita
Inspeksi : -
Palpasi :
-
|
12.
Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
|
Hari/Tgl/Jam
|
Jenis
Pemeriksaan
|
Hasil
|
Nilai
Normal
|
Keterangan
|
|
Kamis19 Sep 2013
08.00
WIB
|
Hematokrit
Hemoglobin
Leukosit
Trombosit
|
45%
18 gr/dl
3.500/mm3
76.000/ml
|
37-43%
12-14
gr/dl
5.000-10.000/mm3
150.000-400.000/ml
|
Meningkat
Meningkat
Menurun
Menurun
|
13.
Terapi
a. Cairan IV
Cairan Glukosa 5% dalam 0,45% NaCl : 500
ml 20 x tetes/menit.
Cairan Glukosa 5% dalam'h Laktat Ringer : 500
ml 20 x tetes/menit.
b. Obat peroral
Paracetamol dosis 10-15 mg/kg BB setiap 3-4 jam 2x1/hari
Chloral hidrat dosis
12,5-50 mm/kg 1x1/hari
c. Obat Parenteral
ANALISA DATA
Nama : Sdr. W Rumah
sakit Guna Bakti
Umur : 20 tahun
Dx medis:
DBD Alamat : Jln Puri permata
Condongcatur,
Depok,Sleman,
YOGYAKARTA
|
NO
|
HARI/ TGL/ JAM
|
ANALISA DATA
|
PROBLEM
|
ETIOLOGI
|
KODE NANDA
|
PARAF
|
|
1
|
Kamis, 19 september 2013
|
DS:
-
klien mengatakan mengalami demam
secara mendadak naik turun
DO:
-
S : 39 0C
-
Akral : Hangat
-
TD :
|
Hipertermi
|
Proses perjalanan penyakit DBD
|
|
Ners S
|
|
2
|
Kamis,
19 september 2013
10.10 WIB
|
DS :
-
Klien mengatakan
sulit untuk minum karena mulut terasa pahit
-
Klien mengatakan mual
dan muntah
DO
:
-
Akral : Hangat
-
Turgor kulit jelek
(kurang elastis)
-
Bibir kering dan
pecah-pecah.
|
Kekurangan Volume Cairan.
|
Ketidakseimbangan output dan input cairan
|
|
Ners N
|
|
3
|
Kamis,
19 september 2013
10.15 WIB
|
DS
:
-
Klien mengatakan nafsu makan berkurang
-
Klien mengatakan perutnya mual saat
makan
DO :
-
Klien tampak lemas dan pucat
-
Berat badan klien turun 1 kg
-
Klien tampak kurang meminati makanan
|
Nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
|
Ketidak mampuan mencerna
makanan
|
|
Ners A
|
|
4
|
Kamis,
19 september 2013
10.25 WIB
|
DS
:
-
Klien mengatakan badannya terasa lemah
-
Klien mengatkan tidak dapat melakukan
aktifitas yang sederhana
DO
:
-
Klien tampak lesu
-
Klien tampak ketergantungan dengan
orang lain dalam beraktifitas
|
Intolerasi Aktivitas
|
Kelemahan
fisik
|
|
Ners L
|
|
5
|
|
DS
:
-
Klien mengatakan kulitnya kering
DO
:
-
Kulit klien tampak kering
-
Turgor kulit jelek
|
Resiko kerusakan integritas kulit
|
Mobilitas
menurun
|
|
Ns H
|
Diagnosa
Prioritas Keperawatan
- Kekurangan volume cairan b.d Ketidakseimbangan output dan input cairan
- Hipertermi b.d Proses perjalanan penyakit DBD
- Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Ketidak mampuan mencerna makanan
4.
Intolerasi Aktivitas b.d Kelemahan fisik
5. Resiko
kerusakan integritas kulit b.d
mobilitas menurun
RENCANA KEPERAWATAN
|
No
|
Hari,tgl
jam
|
DX.
KEP
|
Tujuan
dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
TD
|
|
1
|
Kamis,
19 september 2013
10.35 WIB
|
Kekurangan volume cairan b.d
Ketidakseimbangan output dan input cairan
|
Setelah di lakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam masalah kekurangan vokume cairan.
KH :
-
Turgor kulit baik
-
Tanda-tanda
vital dalam batas normal
-
Rencana intervensi
|
1. Kaji
keadaan umum klien dan tanda-tanda vital.
2. Kaji
input dan output cairan.
3. Observasi
adanya tanda-tanda syok.
4. Anjurkan
klien untuk banyak minum.
5. Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian cairan I.V.
|
§
Mengetahui
dengan cepat penyimpangan dari keadaan normalnya.
§ Mengetahui balance cairan dan elektrolit
dalam tubuh/homeostatis.
§ Agar dapat segera dilakukan tindakan
jika terjadi syok.
§ Asupan cairan sangat diperlukan untuk
menambah volume cairan tubuh.
§
Pemberian
cairan I.V sangat penting bagi klien yang mengalami deficit volume cairan
untuk memenuhi kebutuhan cairan klien.
|
Ns K
|
|
2.
|
Kamis,
19 september 2013
10.35 WIB
|
Hipertermi
b.d proses perjalanan penyakit DBD
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
pengaturan suhu tubuh pasien normal dengan indikator :
§ Suhu tubuh dalam rentang normal
§ Nadi dan RR dalam rentang normal
§ Temperatur kulit sesuai dengan
rentang yang diaharapkan
§ Tidak ada sakit kepala
§ Tidak ada nyeri otot
§ Pernafasan sesuai dengan yang
diharapkan
§ Hidrasi adekuat
§ Melaporkan kenyamanan suhu tubuh
|
1.Kaji suhu tubuh klien dan ukur tanda-tanda vital lain
seperti nadi, TD dan respirasi
2.Berikan klien kompres hangat
pada lipatan tubuh dan terdapat banyak pembuluh darah besar seperti aksilla,
perut )
3.Anjurkan klien untuk minum 2
liter/hari jika memungkinkan
4.Anjurkan klien untuk tirah
baring ( bed rest )
5.Kolaborasi
untuk pemberian antipiretik dan antiradang seperti salisilat/ prednison serta
pemberian Benzatin penicillin
|
§ Mengetahui data dasar terhadap
perencanaan tindakan yang tepat
§ Membantu meberikan evek
vasodilatasi pembuluh darah sehungga pengeluaran panas terjadi secara
evaporasi
§ Peningkatan suhu juga dapat
meyebabkan kehilangan cairan akibat evaporasi
§ Mencegah terjadinya peningkatan
reaksi peradangan dan hipermetabolisme.
§ Mengurangi proses peradangan
sehingga peningkatan suhu tidak terjadi.
|
NsC
|
|
3.
|
Kamis,
19 september 2013
10.45 WIB
|
Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
b.d Ketidak mampuan mencerna makanan
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan penurunan curah jantung dapat diatasi
dengan KH:
· Klien mengatakan anoreksia
berkuarang dan hilang,
· masukan makanan adekuat
· kelemahan hilang.
· Intake
nutrien normal
· Intake
makanan dan cairan normal
· Berat
badan normal
· Massa
tubuh normal
|
1.Kaji status nutrisi, perubahan
berat badan, pengukuran antropometrik
2.Beri makan sedikit tapi sering
3.Masukkan makanan kesukaan anak
dalam diet
4.Atur makanan secara menarik diatas
nampan
5.Atur jadwal pemberian makanan
6.Berikan makanan yang bergizi
tinggi dan berkualitas
|
· Menyediakan data dasar untuk
memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi
· Membantu mengurangi produksi asam
lambnung/HCl akibat faktor-faktor perangsang dari luar tubuh
· Membantu dalam mempertimbangkan
penyusunan menu sehingga klien berselera makan
· Mendorong peningkatan selera
makan.
· penyusunan menu sehingga klien
teratur jam makannya
· nutrisi yang tepat dapat membantu
proses penyembuhan bagi penyakit klien
|
NsZ
|
|
4.
|
Kamis,
19 september 2013
10.45 WIB
|
Intoleransi
aktivitas b.d Kelemahan
fisik
|
Setelah di lakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam masalah intoleransi aktivitas.
KH :
-
Kebutuhan aktivitas sehari-hari
terpenuhi.
-
Klien mampu mandiri setelah bebas
demam
:
|
1.
Kaji hal-hal yang mampu dilakukan
klien.
2.
Bantu klien memenuhi kebutuhan
aktivitasnya sesuai dengan tingkat keterbatasan klien.
3.
Beri penjelasan tentang hal-hal
yang dapat membantu dan meningkatkan kekuatan fisik klien.
4.
Libatkan keluarga dalam pemenuhan
ADL klien
5.
Jelaskan pada keluarga dan
klien tentang pentingnya bedrest ditempat tidur.
|
§
Mengetahui tingkat ketergantungan
klien dalam memenuhi kebutuhannya.
§ Bantuan sangat diperlukan klien pada saat kondisinya lemah
dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari tanpa mengalami ketergantungan pada orang
lain.
§ Dengan penjelasan, pasien termotivasi untuk kooperatif
selama perawatan terutama terhadap tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan
fisiknya.
§ Keluarga merupakan orang terdekat dengan klien
§
Untuk mencegah terjadinya keadaan
yang lebih parah
|
Ns K
|
|
5.
|
Kamis,
19 september 2013
11.05 WIB
|
Resiko
kerusakan integritas kulit b.d
mobilitas menurun
|
Setelah di lakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam masalah intoleransi aktivitas.
KH :
1.Mempertahakan integritas kulit.
2. Tidak
ada maserasi.
3. Tidak ada
tanda-tanda cidera termal.
4. Tidak
ada infeksi.
|
1.Lindungi
kulit yang sehat dari kemungkinan maserasi (hidrasi stratum korneum yg
berlebihan)
ketika memasang balutan basah.
2.
Hilangkan kelembaban dari kulit dengan penutupan dan menghindari friksi.
3. Jaga
agar terhindar dari cidera termal akibat penggunaan kompres hangat dengan
suhu
terllalu tinggi & akibat cedera panas yg tidak terasa (bantalan pemanas,
radiator).
4. Nasihati
klien untuk
menggunakan
kosmetik dan preparat tabir surya.
|
· Maserasi
pada kulit yang sehat dapat menyebabkan pecahnya kulit dan
perluasan
kelainan primer.
· Friksi dan
maserasi memainkan peranan yang penting dalam proses
terjadinya
sebagian penyakit kulit
· Penderita
dermatosis dapat mengalami penurunan sensitivitas terhadap
panas.
·
Banyak masalah kosmetik pada hakekatnya semua kelainan malignitas
kulit
dapat dikaitkan dengan kerusakan kulit kronik.
|
Ns L
|


