Minggu, 17 November 2013

Chrisman Nata

MAKALAH
KELOMPOK 6
PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE
Di Susun oleh :
CHRISMAN NATA KUSUMA                 (11100005)
ELISABETH NATALIA WODA                (11100009)
GREGORIUS KRISNA DWIPAYANA       (11100011)
SITI KADIJAH MELA                             (11100054)
SULASNO                                            (11100055)
DIONISIUS MARTINUS SERA               (11100061)
MORSE FIRDAUS N.A.                                     (13100082)
BENY AFRIANTO                                  (11100004)
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
MATAKULIAH :  SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI
DOSEN PEMBIMBING            : DWI AGUSTIANA SARI, S.KEP., NS.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GUNA BANGSA YOGYAKARTA
2013
Kata Pengantar
Ucapan syukur yang mendalam penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, berkat rahmat dan kurnia melimpah yang di berikan-Nya kepada penulis, sehingga tersusunlah makalah ini. Tidak ada yang tidak mungkin dilakukan jika kita berusaha pasti ada jalan yang mengantar kita untuk sampai kepada keberhasilan mencapai sesuatu, tulisan sederhana ini adalah contoh kecil dari perwujudan hal tersebut.
Adapun  makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Imun dan Hematologi. Proses belajar yang dilakukan adalah dengan cara membagi mahasiswa kedalam beberapa kelompok diskusi, dan masing-masing kelompok tersebut membahas masing-masing pokok bahasan. Kelompok kami membahas topik tentang penyakit “Demam Berdarah Dengue.” Penyusunannya diangkat dari hasil diskusi kelompok, dimana para mahasiswa diperkenankan aktif berdiskusi untuk menyampaikan pendapat masing-masing secara teratur sesuai arahan ketua kelompok. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada ibu Dwi Agustiana Sari, S.Kep., Ns. Selaku pembimbing mata kuliah Sistem Imun dan Hematologi. Serta ucapan terimakasih kepada teman-teman sekalian yang telah ikut berpartisipasi dalam penyusunan tulisan sederhana ini.
Penulis sadar bahwa sebagai manusia biasa, dalam penyusunan makalah ini masih banyak sekali kekurangan. Untuk itu kritik dan saran dari para pembaca kami terima dengan senang hati jika terdapat kejanggalan maupun kesalahan yang tidak diketahui penyusun.
Yogyakarta, 23 September 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...........................................................................................................1
B. TUJUAN PENULISAN ......................................................................................................2
C.MANFAATPENULISAN......................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
FISIOLOGI SISTEM HEMATOLOGI 3
FUNGSI DARAH 3
BAGIAN-BAGIAN DARAH 3
1.         Definisi  6
2.         Etiologi 6
3.         Manifestasi Klinis 7
4.         Klasifikasi 9
5.         Patofisiologi 9
6.         Pemeriksaan Penunjang 11
7.         Penatalaksanaan 11
8.         Diagnosa Keperawatan 13
9.         Rencana Keperawatan 14
DAFTAR PUSTAKA 21
BAB III CONTOH KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN 3
Pengkajian Keperawatan 22
Analisa Data 32
Diagnosa Prioritas Keperawatan 34
Rencana Keperawatan 34
 
BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit menular yang dapat menimbulkan kejadian luar biasa/wabah. Nyamuk penularnya ( Aedes Aegypti ) yang tersebar luas sehingga penularannya dapat terjadi di semua tempat. Karena banyaknya kasus demam berdarah yang terjadi negara Indonesia, maka Indonesia berencana meluncurkan hari demam berdarah se-ASEAN (ASEAN Dengue Day) yang disepakati setiap tanggal 15 Juni. Tujuan dari peluncuran ASEAN Dengue Day ini adalah meningkatkan komitmen nasional dan antarnegara anggota ASEAN pada upaya pengendalian demam berdarah, baik pencegahan, penanggulangan, hingga tata laksana sehingga angka kejadian dan kematian akibat DBD bisa ditekan.                       
Kasus DBD di Kaltim, tahun 2007 mencapai 5.244 kasus meninggal dunia 102 orang. Tahun 2008 sebanyak 5.777 kasus meninggal 105 orang dan tahun 2009 sebanyak 5.244 kasus meninggal sebanyak 68 orang. Terbanyak penderitanya adalah di Samarinda, Balikpapan dan Kukar dengan angka kematian sebesar 1,9 persen. Berdasarkan dana Dinkes Samarinda tahun 2009 terdapat 1.138 kasus dengan angka kejadian 26/10.000 penduduk. Sedangkan di Indonesia, Dengan jumlah kematian sekitar 1.317 orang tahun 2010, Indonesia menduduki urutan tertinggi kasus demam berdarah dengue di ASEAN. Untuk itu, Indonesia bekerja sama dengan negara-negara anggota ASEAN dalam membasmi penyakit DBD. Berdasarkan data P2B2, jumlah kasus DBD di Indonesia tahun 2010 ada 150.000 kasus. Menurut Rita, potensi penyebaran DBD di antara negara-negara anggota ASEAN cukup tinggi mengingat banyak wisatawan keluar masuk dari satu negara ke negara lain.
Bila pada kasus anak dengan DHF ini lambat penanganannya, maka akan dapat terjadi komplikasi seperti efusi pleura karena adanya kebocoran lambung akibat meningkatnya permeabilitas membrane, perdarahan pada lambung karena anak mengalami mual dan muntah serta kurangnya nafsu makan, terjadi pembesaran pada hati, limpa dan kelenjar getah bening karena bocornya plasma yang mengandung cairan, dan dapat terjadi syok hipovolemik karena adanya peningkatan nilai hematokrit.
Berdasarkan angka kejadian diatas dan masalah-masalah yang terjadi akibat lambatnya penanganan, maka kelompok akan memberikan asuhan keperawatan pada klien An. W dengan diagnose medis DHF sehingga penulisan dalam makalah ini mengambil judul “ Asuhan Keperawatan Pada Klien An. W dengan Dengue Hemorrhagic Fever ( DHF ).
2.      Tujuan Penulisan
2.1    Tujuan umum
Memberikan gambaran kepada masyarakat tentang penyakit DHF serta agar dapat diaplikasikan asuhan keperawatan pada anak yang terinfeksi DHF.
2.2    Tujuan Khusus
Diharapkan dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan DHF, kelompok akan dapat :
a.  Memberikan gambaran tentang pengkajian asuhan keperawatan pada anak usia prasekolah tentang penyakit DHF
b.   Memberikan gambaran tentang diagnose keperawatan yang akan muncul jika seorang anak terinveksi virus dengue.
c.   Memberikan gambaran tentang intervensi keperawatan pada anak dengan DHF
d.  Memberikan gambaran tentang implementasi keperawatan pada anak dengan DHF
e.  Memberikan gambaran tentang evaluasi keperawatan pada anak dengan DHF
f.  Memberikan gambaran tentang dokumentasi keperawatan pada anak dengan DHF setelah melakukan pengevaluasian dari semua tindakan.
3.      Manfaat Penulisan
3.1        Manfaat bagi mahasiswa
Meningkatkan pengetahuan dan memperoleh pengalaman dalam melakukan asuhan keperawatan pada keluarga secara langsung.
3.2        Manfaat bagi institusi pendidikan
Laporan makalah ini diharapkan dapat menjadi tolak ukur sejauh mana upaya meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
       Fisiologi Sistem Hematologi
Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat didalam pembuluh darah yang warnanya merah. Warna merah itu keadaannya tidak tetap tergantung pada banyaknya O2 dan CO2 didalamnya. Darah yang banyak mengandung CO2 warnanya merah tua. Adanya oksigen dalam darah diambil dengan jalan bernafas, dan zat ini berguna pada peristiwa pembakaran/metabolisme didalam tubuh.
 ( Syarifuddin, 2006).
Darah terdiri dari elemen-elemen dan plasma dalam jumlah setara. Elemen-elemen yang tersebut adalah sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit).
(Elizabeth J. Corwin, 2001)
      Fungsi Darah
Fungsi darah terdiri atas :
1)    Sebagai alat pengangkut yaitu :
a)    Mengambil oksigen/zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh jaringan tubuh.
b)    Mengangkut karbon dioksida dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
c)    Mengambil zat-zat makanan dari usus untuk diedarkan dan dibagikan keseluruh jaringan/otot tubuh.
d)    Mengangkat/mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
2)    Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam tubuh dengan perantasan leukosit dan antibodi/zat-zat anti racun.
3)    Menyebarkan panas keseluruh tubuh.
Bagian-bagian Darah
Jika darah dilihat begitu saja maka ia merupakan zat cair yang warnanya merah, tetapi apabila dilihat dibawah mikroskop maka nyatakah bahwa dalam darah terdapat benda-benda kecil bundar yang disebut sel-sel darah, sedang cairan berwarna kekuning-kuningan disebut plasma.
Jadi nyatalah bahwa darah terdiri dari dua bagian yaitu :
1)    Sel-sel darah
a)    Eritrosit (sel darah merah)
b)    Leukosit (sel darah putih)
c)    Trombosit (sel pembeku darah)
2)    Plasma darah
a)    Air                            :  91%
b)    Protein                    :  3% (albumin, globulin, protrombin dan fibrinogen)
c)    Mineral                    :  0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam fosfat, magnesium), kalsium, dan zat besi).
d)    Bahan organik      :  0,1% (glukosa, lemak, asam urat, kreatinin, kolesterol, dan asam amino).
Eritrosit 9sel darah merah) kalau kita periksa dan lihat dibawah miskroskop maka nyatalah bahwa eritrosit dapat diterangkan sebagai berikut : Bentuknya seperti cakram/bikonkaf dan tidak mempunyai inti, ukuran diam eter kira-kira 7,7 unit (0,007 mm) tidak dapat bergerak. Banyaknya kira-kira 5 juta dalam 1 mm3 (4½ juta) warna kuning kemerah-merahan, karean didalam mengandung zat yang disebut hemoglobin, warna ini akan bertambah merah jika didalamnya banyak mengandung oksigen, fungsinya mengikat O2 dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh jaringan tubuh dan mengikat karbon dioksida (CO2) dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
Leukosit (sel darah putih), bentuk dan sifat leukosit berlainan dengan eritrosit apabila kita lihat dibawah mikroskop maka akan terlihat bentuknya yang dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan perantara kaki palsu (pseudopodia) mempunyai bermacam-macam inti sel sehingga ia dapat dibedakan menurut inti selnya, warnanya bening (tidak berwarna, banyaknya dalam 1 mm3 darah kira-kira 6.000 – 9.000. Funsginya : sebagai serdadu tubuh yaitu membunuh dan memakan bibit penyakit/bakteri yang masuk kedalam jaringan RES (sistem retikuloendotelial) tempat pembiakannya di dalam limpe dan kelenjar limpe ; sebagai pengakut yaitu mengangkut/membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpe terus kepembuluh darah.
Sel leukosit disamping beredar dipembuluh darah juga terdapat diseluruh jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit disebabkan oleh masuknya kuman/infeksi maka jumlah leukosit yang ada didalam daerah akan lebih banyak dari biasanya. Hal ini disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal didalam kelenjar limpe, sekarang beredar didalam darah untuk mempertahankan tubuh dari serangan penyakit tersebut jika jumlah leukosit dalam darah melebihi 10.000/mm3 disebut leukostosis dan kurang dari 6.000/mm3 disebut leukopenia.
 Macam-macam  leukosit, meliputi :
a)    Agranulosit
(1)  Limfosit
(2)  Monosit
b)    Granulosit
(1)  Neutrofil atau polimorfonukleat leukosit
(2)  Basofil
(3)  Eusonofil
Trombosit (sel pembeku) merupakan benda-benda kecil yang mati yang bentuk dan ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat ada yang lonjong, warnanya putih, normal pada orang dewasa   200.000 – 300.000/mm3, fungsinya memegang peranan penting dalam pembekuan darah. Jika banyak kurang dari normal, maka kalau ada luka darah tidak cepat membeku sehingga timbul perdarahan terus menerus. Trombosit lebih dari 300.000 disebut trombositosis. Tetapi jika kurang dari 200.000 disebut trombositopenia. Didalam plasma darah terdapat suatu zat yang turut membantu terjadinya peristiwa pembekuan darah, yaitu Ca2t dan fibrinogen. Fbrinogen mulai bekerja apabila tubuh mendapat luka.
Plasma darah merupakan bagian cairan darah yang membentuk sekitar 5% dari berat badan, merupakan media sirkulasi elemen-elemen darah yang membentuk sel darah merah, sel darah putih dan sel pembeku darah juga sebagai media transportasi bahan organik dan anorganik dan suatu organ atau jaringan. Hampir 90% dari plasma terdiri dari air, disamping itu terdapat pula zat-zat yang larut didalamnya. Untuk mendapatkan plasma darah jika harus mencampurkan dulu sedikit sitras natrikus kedalam darahm, supaya darah tidak membeku sesudah itu dipasang suatu alat dan dibiarkan beberapa lama, maka akan kelihatan beberapa sel-sel darah turun atau mengendap dan bagian diatasnya tinggal cairan bening yaitu plasma darah yang didalamnya terdapat serum darah.
Kalau darah yang keluar dari tubuh kita dibiarkan membeku maka bagian bawah bekuan tadi terdapat cairan yang juga warnanya bening, yang disebut serum darah. Jadi serum merupakan plasma tanpa fibrinogen yang didapat dengan membekukan darah.
Zat-zat dalam plasma darah :
a)    Fibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembekuan darah.
b)    Garam-garam mineral (kalsium, kalium, natrium dan lain-lain) yang berguna dalam metabolisme dan juga mengadakan osmotik.
c)    Protein darah (albumin, globulin) meningkatkan viskositas darah dan juga menimbulkan tekanan osmotik untuk memelihara keseimbangan cairan dalam tubuh.
d)    Zat makanan (asam amino, glukosa, lemak, mineral dan vitamin).
e)    Hormon yaitu : suatu zat yang dihasilkan dan kelenjar tubuh.
f)     Antibodi/antitoksin.
Darah terdiri dari plasma darah dan sel-sel darah, plasma darah sebagian besar terdiri dari air dan zat-zat yang larut didalamnya (misalnya zat makanan, hormon, antibodi dan lain-lain) sel-sel leukosit merupakan pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit.
      ( Syarifuddin, 2006)
1. Definisi
a.       DHF (Dengue Hemorragic Fever) adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh empat serotipe virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali dan tanda kegagalan sirkulasi sampai timbul renjatan (sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan kematian.
(Soegeng Soegijanto, 2002)
b.      DHF (Dengue Haemorragic Fever) adalah merupakan penyakit anak yang disebabkan oleh virus dengue yang termasuk golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk Aedes aegipty betina.(A.Aziz alimul hidayat,2005).
c.       DHF (Dengue Haemorragic Fever) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegipty.
(DR. Nursalam, 2005)
d.      Demam Berdarah Dengue (DBD) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi dan biasanya memburuk setelah 2 hari pertama. (Arif Mansjoer, 2000).
e.       Penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue I, II, III, dan IV yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepti dan Aedes albopictus. (Soegeng Soegijanto, 2002)
2. Etiologi
Penyebab demam berdarah dengue (DBD) atau dengue haemorragic fever (DHF) adalah virus dengue. Di Indonesia virus tersebut saat ini telah diisolasi menjadi 4 serompe virus dengue yang termasuk dalam grup B. Dari arthopedi borne virus (arbovirus) yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Ternyata DEN-2 dan DEN-3 merupakan serotipe yang menjadi penyebab terbanyak. Di Thailand dilaporkan bahwa serotipe DEN-2 adalah dominan sementara di Indonesia yang terutama deominan adalah DEN-3 tapi akhir-akhir ini adalah kecenderungan dominan DEN-2.
( Nursalam, 2005)
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes Aegypti. Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlndungan terhadap serotipe lain.
Ø  Ciri-ciri nyamuk Aedes Aegypti
Badannya kecil, warnanya hitam dan berbelang-belang, menggigit pada siang hari, badannya datar saat hinggap, hidup di tempat-tempat yang gelap (terhindar dari sinar matahari, jarak terbangnya kurang dari 100 M dan senang menggigit manusia). Aedes Aegypti betina mempunyai kebiasaan berulang (multi diters) yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat.
3. Manifestasi Klinis
Infeksi virus dengue mengakibatkan manifestasi klinis yang bervariasi mulai dari asimtomatik, penyakit paling ringan, demam dengue, demam berdarah dengue sampai syndrome syok dengue. Timbulnya bervariasi berdasarkan derajat Demam berdarah dengue.
Fase pertama yang relatif ringan dengan demam mulai mendadak, malaise muntah, nyeri kepala, anoreksia, dan batuk.
Pada fase kedua ini penderita biasanya menderita ekstremitas dingin, lembab, badan panas, maka merah, keringat banyak, gelisah, iritabel, dan nyeri mid-epigastrik. Seringkali ada petekie tersebar pada dahi dan tungkai, ekimosis spontan mungkin tampak, dan mudah memar serta berdarah pada tempat fungsi vena adalah lazim. Ruam makular atau makulopopular mungkin muncul dan mungkin ada sianosis sekeliling mulut dan perifer. Nadi  lemah cepat dan kecil dan suara jantung halus. Hati mungkin membesar sampai 4-6 cm dibawah tepi costa dan biasanya keras agak nyeri. Kurang dari 10% penderita ekimosis atau perdarahan saluran cerna yang nyata, biasanya pasca masa syok yang tidak terkoreksi.
Menurut patokan dari WHO pada tahun 1975, diagnosa DBD (DHF) harus berdasarkan adanya gejala klinik sebagai berikut :
1.   Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari (tanpa sebab jelas).
2.   Manifestasi perdarahan: paling tidak terdapat uji turnikel positif dari adanya salah satu bentuk  perdarahan yang lain misalnya positif, ekimosis, epistaksis, perdarahan yang lain misalnya petekel, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, melena, atau hematomesis.
3.   Pembesaran hati (sudah dapat diraba sifat permulaan sakit).
4.  Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang menurun (menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang), disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, pasien menjadi gelisah, timbul sianosis disekitar mulut.
Bentuk ringan demam dengue menyerang semua golongan umur dan bermanivestasi lebih berat pada orang dewasa. Demam dengue pada bayi dan anak berupa demam ringan yang disertai dengan timbulnya ruam makulopapular. Pada anak besar dan dewasa, penyakit ini dikenal dengan sindrom triase dengue yang berupa demam tinggi dan mendadak yang dapat mencapai 40C atau lebih dan terkadang disertai dengan kejang demam, sakit kepala, anoreksia, muntah-muntah (vomiting), epigastrik discomfort, nyeri perut kanan atas atau seluruh bagian perut dan perdarahan, terutama perdarahan kulit, walaupun hanya berupa uji tourniguet positif. Selain itu, perdarahan kulit dapat berwujud memar atau juga berupa perdarahan spontan mulai dari petechiae (muncul pada hari-hari pertama demam dan berlangsung selama 3-6 hari) pada ekstremitas, tubuh, dan muka, sampai epistaksis dan perdarahan gusi, sementara perdarahan gastrointestinal masih lebih jarang terjadi dan biasanya terjadi pada kasus syok yang berkepanjangan. Pada masa konvalesens seringkali ditemukan eritema pada telapak tangan dan kaki dan hepatomegali. Nyeri tekan sering kali ditemukan tanpa ikterus maupun kegagalan peredaran darah.
Tanda-Tanda Perdarahan
1.      Karena manipulasi
Rumpel leed test
a.       Teknik
-        Klien diukur tekanan darahnya dan dicari sistol dan diastolnya.
-        Setelah ketemu kemudian dijumlahkan lalu dibagi dua.
-        Hasil digunakan untuk patokan mempertahankan tekanan air raksa tensimeter.
-        Pompa lagi balon tensimeter sampai patokan tadi lalu kunci dan pertahankan sampai 5 menit.
-        Setelah itu buka kuncinya dan mansit dilepaskan.
-        Kemudian lihat apakah ada petekie / tidak didaerah vola lengan bawah.
b.      Kriteria :
Ã…   bila jumlah petekie > 20
±    bila jumlah petekie 10 - 20
   bila jumlah petekie 10
2.      Perdarahan spontan
a.       Petekil/ ekimosis
b.      Perdarahan gusi
c.       Epistakeis
d.      Hematomesis/ melena
4. Klasifikasi
Klasifikasi Demam Berdarah Dengue menurut WHO (1975)
·  Derajat I    :  Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turnikel positif, trombositopeni dan hemokonsentrasi.
·  Derajat II  :  Derajat I disertai perdarahan spontan dikulit dan atau perdarahan lain.
·  Derajat III :  Kegagalan sirkulasi: nadi cepat dan lemah, hipotensi kulit dingin, lembab, gelisah.
·  Derajat IV :  Renjatan berat, denyut nadi dan tekanan darah tidak dapat diukur.
5. Patofisiologi
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit), hiperemi tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati  (hepatomegali) dan pembesaran limpa (splenomegali). Peningkatan dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (Syok).
Hemokontrasi (peningkatan hematokrit 32%) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma (plasma leakage) sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh karena itu ada penderita Demam Berdarah Dengue (DHF) sangat dianjurkan untuk memantau hematokrit darah berkala untuk mengetahui berapa persen hemokonsentrasi yang terjadi.
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. (Christantie Effendy,1995).
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_p31scsN909qbyom-t0_LO-s_2kQjhP1nNX8D-usCYdzxR-ZNwr-GAn8Z2vCZ8-TYJ7o1Icu7sitWyd43PrRK2zFJ7upEJMwWqvsDEH_D3F85_6Z13l7dcM-lSOhyf3pMgFDLo7Qtjpk/s1600/dhf.png6. Patway


 Sumber: (Christantie Effendy,1995).
 
 
6. Pemeriksaan Penunjang
1.      Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20% atau lebih) trombositopeni (100.00/mm3 atau kurang).
2.      Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk menskrining penderita demam dengue adalah melalui uji rumpel leede, pemeriksaan kadar hemoglobin, kadar hematokrit dan hapus darah tepi untuk melihat adanya limpositosis relatif disertai gambar limfosit plasma biru. Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (metode cell culture) atau pun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reverse Transcriptosi Polymerase Chain Reachon). Namun ketika teknik yang rumit yang berkembang saat ini adalah uji serologi (adanya antibodi spesifik terhadap antibodi total, IgM maupun IgG).
3.      Serotogi : uji HI (Hemaaglutination Inhibition test).
Pemeriksaan serologi ditujukan untuk deteksi antibodi spesifik terhadap virus dengue. Pemeriksaan yang banyak digunakan adalah berupa uji HI (Haemoglobin Inhibition test : uji hambatan hemaglutinasi) yang merupakan standar WHO, kemudian uji indirect ELica, uji captured Elisa untuk dengue baik IgM captured-Elisa (MAC-ELISA) maupun IgG captured-ELISA. dnegue blot/dengue stick/dot imunosial dengue dan uji SCT (immuno-enromotographie test) antara lain dengue rapid test, sedangkan uji fiksasi komplemen dan uji netralisasi sudah lama ditinggalkan karena rumit dan tidak praktis.
4.      Uji HI yang merupakan uji serologis yang dianjurkan menurut standar WHO, dapat mendeteksi antibody anti-dengue, dimana infeksi virus dengue akut ditandai dengan terdapatnya peningkatan titer empat kali atau lebih antara sepasang sera yaitu serum akut dan serum konvalesens, disamping itu 1 : 2.560 menunjukkan interpretasi infeksi flovivirus skondes. (Soegeng Soegianto, 2006).
5.      Rongten thorax : untuk mengamati ada tidaknya effusi pleura.
7. Penatalaksanaan
1.      Minum banyak 1,5-2 liter/24 jam dengan air teh, gula atau susu.
2.      Antipiretik jika terdapat demam.
3.      Antikonvulsan jika terdapat kejang.
4.      Pemberian cairan melalui infus, dilakukan jika pasien mengalami kesulitan minum dan nilai hematokrit cenderung meningkat.
Berdasarkan kenyataan dimasyarakat penatalaksanaan kasus Dengue Haemorragic Fever (DBD) dibagi sebagai berikut :
a.       Kasus Dengue Haemorragic Fever (DBD) yang diperkenakan berobat jalan
Bila penderita mengeluh panas, tetapi keinginan makan dan minum masih baik. Untuk mengatasi panas tinggi yang mendadak diperkenankan memberi obat panas paracetamol 10-15 mg/kg BB setiap 3-4 jam diulang jika gejala panas masih nyata diatas 38,5C. Obat panas salisilat tidak dianjurkan karena mempunyai resiko terjadinya penyulit perdarahan dan asidosis. Sebagian besar kasus Dengue Haemorragic Fever (DHF) yang berobat jalan ini adalah kasus Dengue Haemorragic Fever (DHF) yang menunjukkan manifestasi panas hari pertama dan hari kedua tanpa menunjukkan penyulit lainnya.
Apabila penderita Dengue Haemorragic Fever (DHF) ini menunjukkan manifestasi penyulit hipertermi dan konvalesens sebaiknya kasus ini dianjurkan untuk dirawat inap.
b.      Kasus Dengue Haemorragic Fever (DHF) derajat I dan II
Pada hari ke 3, 4, dan 5 panas dianjurkan rawat inap karena penderita ini mempunyai resiko terjadinya syok. Untuk mengantisipasi kejadian tetesan berdasarkan tatanan 7,5%. Pada saat fase panas penderita dianjurkan banyak minum air buah atau oralit yang biasa dipakai untuk mengatasi diare. Apabila hematokrit meningkat lebih dari 20% dan harga normal merupakan indikator adanya kebocoran plasma dan sebaiknya penderita dirawat diruang observasi dipusat rehidrasi selama kurun waktu 12-14 jam.
c.       Penatalaksanaan Dengue Haemorragic Fever (DHF) derajat III , IV
“Dengue Shock Syndrome” (sindrome renjatan dengue) termasuk kasus kegawatan yang membutuhkan penanganan secara cepat dan perlu memperoleh cairan pengganti secara tepat. Biasanya dijumpai kelainan asam basa dan elektrolit (hiponatremi). dalam hal ini perlu dipikirkan kemungkinan dapat terjadi DIC. Terkumpulnya asam dalam darah mendorong terjadinya DIC yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan hebat dan renjatan yang sukar diatasi.
Penggantian secara cepat plasma yang hilang digunakan larutan garam isotonik (ringer laktat, 5% dekstrose, larutan ringer asetat dan larutan normal garam faali) dengan jumlah 10-20 ml/kg/1 jam.
d.      Obat penenang
Pada beberapa kasus obat penenang dibutuhkan terutama pada kasus yang sangat gelisah. Obat yang hipatoksik sebaiknya dihindari, chloral hidrat oral atau rektal dianjurkan dengan dosis 12,5-50 mm/kg (tetapi jangan lebih 1 jam) digunakan sebagai satu macam obat hipnotik.
e.       Terapi oksigen
f.       Transfusi darah.
g.      Kelainan ginjal
Dalam keadaan syok, harus yakin benar bahwa penggantian volume intravaskuler telah benar-benar terpenuhi dengan baik. Apabila diuresis belum mencukup 2 ml/kg BB/jam sedangkan cairan yang diberikan sudah sesuai kebutuhan, maka selanjutnya furosemid 1 mg/BB dapat diberikan pemantauan tetap dilakukan untuk jumlah diuresis, kadar ureum dan kreatinin. Tetapi apabila diuresis tetap belum mencukupi, pada umumnya syok juga belum dapat dikoreksi dengan baik maka pemasangan Centrol Venous Pressure (CVP) perlu dilakukan untuk pedoman pemberian cairan selanjutnya.
h.      Monitoring
Tanda vital dan kadar hematokrit harus dimonitor dan dievaluasi secara teratur untuk menilai hasil pengobatan.
i.        Kriteria memulangkan pasien
Pasien dapat dipulangkan apabila :
1)    Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik.
2)    Nafsu makan membaik.
3)    Tampak perbaikan secara klinis.
4)    Hematokrit stabil.
5)    Tiga hari setelah syok teratasi.
6)    Jumlah trombosit 200.000-300.000 /mm3
7)    Tidak disertai distress pernapasan.
8)    Ruang khusus darurat penderita Dengue Haemorragic Fever (DHF)
(Soegijanto Soegeng.2002)
8. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang sering dijumpai pada pasien dengan Dengue Hemorhagic Fever
a.    Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan infeksi virus dengue.
b.    Deficit volume cairan tubuh berhubungan dengan ketidakseimbangan input dan output cairan.
c.    Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.
d.    Resiko tinggi terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan hebat, penurunan tekanan osmotik.
e.    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
f.     Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.
g.    Kecemasan orang tua/keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan, dan kurang informasi.
sumber : perawatan pasien DHF, Christiantie efendy )
9. Rencana Keperawatan
a.    Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan infeksi virus dengue.
Tujuan keperawatan :
Peningkatan suhu tubuh dapat teratasi, dengan criteria :
-       Suhu tubuh normal (35° C- 37,5° C)
-       Pasien bebas dari demam
Rencana intervensi :
INTERVENSI
RASIONAL
1.    Kaji saat timbulnya demam.
2.    Observasi tanda-tanda vital tiap 3 jam.
3.    Beri kompres hangat pada dahi.
4.    Beri banyak minum ( ± 1-1,5 liter/hari) sedikit tapi sering
5.    Ganti pakaian klien dengan bahan tipis menyerap keringat.
6.    Beri           penjelasan    pada keluarga klien tentang penyebab meningkatnya suhu tubuh.
7.    Kolaborasi pemberian obat anti piretik.
1.    Untuk mengidentifikasi pola demam pasien.
2.    Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
3.    Kompres hangat dapat mengembalikan suhu normal memperlancar sirkulasi.
4.    Mengurangi panas secara konveksi (panas terbuang bersama urine dan keringat sekaligus mengganti cairan tubuh karena penguapan).
5.    Pakaian yang tipis menyerap keringat dan membantu mengurangi penguapan tubuh akibat dari peningkatan suhu dan dapat terjadi konduksi.
6.    Penjelasan yang diberikan pada keluarga klien bisa mengerti dan kooperatif dalam memberikan tindakan keperawatan.
7.    Dapat menurunkan demam
b.    Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan (defisit volume cairan) tubuh berhubungan dengan ketidakseimbangan input dan output cairan.
Tujuan intervensi :
Volume cairan tubuh seimbang, dengan criteria :
-       Turgor kulit baik
-       Tanda-tanda vital dalam batas normal
Rencana intervensi :
INTERVENSI
RASIONAL
1.    Kaji keadaan umum klien dan tanda-tanda vital.
2.    Kaji input dan output cairan.
3.    Observasi adanya tanda-tanda syok.
4.    Anjurkan klien untuk banyak minum.
5.    Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan I.V.
1.      Mengetahui dengan cepat penyimpangan dari keadaan normalnya.
2.      Mengetahui balance cairan dan elektrolit dalam tubuh/homeostatis.
3.      Agar dapat segera dilakukan tindakan jika terjadi syok.
4.      Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh.
5.      Pemberian cairan I.V sangat penting bagi klien yang mengalami deficit volume cairan untuk memenuhi kebutuhan cairan klien.
c.    Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.
Tujuan intervensi :
Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, dengan criteria :
-       Porsi makan yang disajikan dihabiskan.
Rencana intervensi :
INTERVENSI
RASIONAL
1.    Kaji keadaan umum klien
2.    Beri makanan sesuai kebutuhan tubuh klien.
3.    Anjurkan orang tua klien untuk memberi makanan sedikit tapi sering.
4.    Anjurkan orang tua klien memberi makanan TKTP dalam bentuk lunak
5.    Timbang berat badan klien tiap hari.
6.    Kolaborasi pemberian obat reborantia.
1.    Memudahkan untuk intervensi selanjutnya
2.    Merangsang nafsu makan klien sehingga klien mau makan.
3.    Makanan dalam porsi kecil tapi sering memudahkan organ pencernaan dalam metabolisme.
4.    Makanan dengan komposisi TKTP berfungsi membantu mempercepat proses penyembuhan.
5.    Berat badan merupakan salah satu indicator pemenuhan nutrisi berhasil.
6.    Menambah nafsu makan
d.    Resiko tinggi terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan hebat, penurunan tekanan osmotic.
Tujuan :
Tidak terjadi syok hipovolemik, dengan criteria :
-       Keadaan umum membaik
-       Tanda-tanda vital dalam batas normal
Rencana intervensi :
INTERVENSI
RASIONAL
1.    Monitor keadaan umum klien
2.    Observasi tanda-tanda vital
3.    Monitor tanda-tanda perdarahan
4.    Anjurkan pada pasien/ keluarga untuk segera melapor jika ada tanda­-tanda perdarahan.
5.    Cek hemoglobin, hematokrit, trombosit
1.    Memantau kondisi klien selama masa perawatan terutama saat terjadi perdarahan sehingga tanda pra syok, syok dapat ditangani.
2.    Tanda vital dalam batas normal menandakan keadaan umum klien baik
3.    Perdarahan yang cepat diketahui dapat teratasi sehingga klien tidak sampai pada tahap syok hipovolemik akibat perdarahan yang hebat.
4.    Keterlibatan keluarga untuk segera melaporkan jika terjadi perdarahan terhadap pasien sangat membantu tim perawatan untuk segera melakukan tindakan yang tepat.
5.    Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami klien dan untuk acuan melakukan tindak lanjut terhadap perdarahan.
e.    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan :  
Klien mampu melakukan aktivitas sehari-hari, dengan criteria :
-       Kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhi.
-       Klien mampu mandiri setelah bebas demam
Rencana intervensi :
INTERVENSI
RASIONAL
1.    Kaji hal-hal yang mampu dilakukan klien.
2.    Bantu klien memenuhi kebutuhan aktivitasnya sesuai dengan tingkat keterbatasan klien.
3.    Beri penjelasan tentang hal-hal yang dapat membantu dan meningkatkan kekuatan fisik klien.
4.    Libatkan keluarga dalam pemenuhan ADL klien
5.    Jelaskan pada keluarga dan klien tentang pentingnya bedrest ditempat tidur.
1.   Mengetahui tingkat ketergantungan klien dalam memenuhi kebutuhannya.
2.   Bantuan sangat diperlukan klien pada saat kondisinya lemah dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari tanpa mengalami ketergantungan pada orang lain.
3.   Dengan penjelasan, pasien termotivasi untuk kooperatif selama perawatan terutama terhadap tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan fisiknya.
4.   Keluarga merupakan orang terdekat dengan klien
5.   Untuk mencegah terjadinya keadaan yang lebih parah
f.     Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.
Tujuan :
Tidak terjadi perdarahan intra abdominal, dengan criteria :
-       Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan
-       Jumlah trombosit meningkat
Rencana intervensi :
INTERVENSI
RASIONAL
1.    Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda-tanda klinis.
2.    Beri penjelasan tentang pengaruh trombositopenia (pada keluarga.
3.    Monitor jumlah trombosit setiap hari.
4.    Anjurkan klien untuk banyak istirahat.
5.    Beri penjelasan pada pasien/ keluarga untuk segera melapor jika ada tanda-tanda perdarahan lebih lanjut seperti: hematemesis, melena, epistaksis.
1.    Penurunan jumlah trombosit merupakan tanda-tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang dapat menimbulkan tanda klinis berupa perdarahan nyata, seperti epistaksis, petechiae.
2.    Agar pasien/ keluarga mengetahui hal-hal yang mungkin terjadi pada pasien dan dapat membantu mengantisipasi terjadinya perdarahan karena trombositopenia
3.    Dengan jumlah trombosit yang dipantau setiap hari dapat diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan yang dialami oleh klien
4.    Aktivitas klien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan.
5.    Keterlibatan keluarga dengan segera melaporkan terjadinya perdarahan (nyata) akan membantu pasien mendapatkan penanganan sedini mungkin.
g.    Kecemasan keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan kurang informasi.
Tujuan :
Kecemasan keluarga teratasi, dengan criteria :
-       Orang tua tidak bertanya lagi tentang penyakit anaknya
-       Ekspresi wajah ceria
Rencana intervensi :
INTERVENSI
RASIONAL
1.    Kaji tingkat kecemasan orang tua
2.    Jelaskan prosedur pengobatan perawatan anaknya.
3.    Beri kesempatan pada orang tua untuk bertanya tentang kondisi anaknya.
4.    Beri penjelasan tiap prosedur/ tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien dan manfaatnya bagi pasien
5.    Beri dorongan spiritual.
1.    Mengetahui kecemasan orang tua klien dan memudahkan menentukan intervensi selanjutnya.
2.    Untuk menambah pengetahuan dan informasi kepada klien yang dapat mengurangi kecemasan orang tua.
3.    Untuk memperoleh informasi yang lebih banyak dan meningkatkan pengetahuan dan mengurangi stress.
4.    Memberikan penjelasan tentang proses penyakit, menjelaskan tentang kemungkinan pemberian perawatan intensif jika memang diperlukan oleh pasien untuk mendapatkan perawatan yang lebih optimal
5.    Memberi ketenangan kepada klien dengan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
10. Implementasi
Melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah direncanakan sebelumnya.
11. Evaluasi
Evaluasi keperawatan DHF adalah mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan dalam memenuhi kebutuhan pasien penderita DHF.
Diagnosa yang akan di evaluasi diantaranya yaitu :
a.    Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi) berhubungan dengan infeksi virus Dengue, teratasi dengan suhu tubuh normal (36-37 oC), klien tidak demam lagi
b.    Defisit volume cairan berhubungan dengan ketidakseimbangan input dan output cairan akan teratasi.
c.    Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, anoreksia. teratasi dengan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, klien mampu menghabiskan porsi yang diberikan.
d.    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik teratasi dengan: klien mampu beraktifitas mandiri dan mampu memenuhi aktivtasnya sendiri.
e.    Kecemasan orang tua/keluarga berhubungan dengan kurang pengetahuan dan kurang informasi.teratasi
f.     Reaksi hospitalisasi berhubungan dengan Lingkungan baru dan jauh dari orang terdekat
DAFTAR PUSTAKA
Hadinegoro, Sri Rezeki. H, dkk. (2004). Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Suriadi, Yuliana R, 2001, Asuhan Keperawatan pada Anak, Edisi I, 
Penerbit PT. Fajar Interpratama : Jakarta.
Nelson, 2000, Ilmu Kesehatan Anak, Bagian II, Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Nertina, Sandra. M. (2001). Pedoman Praktik Keperawatan. Alah Bahasa : Alfrina Hany. Jakarta : EGC
Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Noer, Sjaifulloh, dkk. (1996). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1 edisi 3. Jakarta : FKUI

BAB III

CONTOH KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN
Sdr. W berumur 20 tahun masuk rumah sakit pada tanggal 19 september 2013. klien mengatakan mengalami demam secara mendadak naik turun di sertai mual, muntah dan tidak nafsu makan selama 3 hari.  klien juga mengatakan  sudah 5 hari mengalami demam tetapi iya hanya menggangap demam biasa. Ketika di lakukan pemeriksaan fisik di dapatkan s : 390C, Nadi : 89 x/mnt, 140/80 mmhg, akral teraba hangat, bibirnya kering, turgor kulit jelek (kurang elastis) dan klien tampak pucat. Setelah di lakukan pemeriksaan  kesan laboratorium di dapat trombositopenia  dengan adanya hemokonsentrasi  (hemotokrit mengalami peningkatan 20 %)

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Tanggal Masuk                 : 19 September 2013
Ruang/kelas                      : II (dua)
No. Kamar                          : 201
Diagnosa Medis                : DBD
a. Identitas Pasien
1. Nama                                         : sdr.W
2. Umur                                         : 20 tahun
3. Jenis Kelamin                         : laki-laki
4. Agama                                       : Khatolik
5. Suku/Bangsa                          : Jawa/Indonesia
6. Pendidikan                             : S1ilmu keperawatan
7. Pekerjaan                                : Mahasiswa
8. Alamat                                      : Jln Puri Permata No.7
                                                       Condongcatur, Depok,
                                                         Sleman, YOGYAKARTA
9. Penangung Jawab                                : Ny.K (39 th)
10. Hubungan dengan Pasien              : Ibu dari sdr.W
b. Riwayat Sakit dan Kesehatan
1. Keluhan Utama                                     : klien mengalami demam
2. Riwayat Penyakit Sekarang    : kliem  mengatakan  mengalami demam secara mendadak naik turun di sertai mual, muntah dan tidak nafsu makan selama 3 hari.
4. Riwayat Alergi                                      :  klien mengatakan  tidak mempunyai riwayat alergi
5. Riwayat Kesehatan Keluarga  : klien mengatakan bapaknya juga pernah menderita seperti yang di alami klien saat ini.
6. Susunan Keluarga (Genogram):
 

c. Pola Fungsi Kesehatan
   1. Pola Nutrisi
     a. Makan
Pengkajian
Sebelum Sakit
Saat Sakit
Jenis
Nasi, sama sayur bening
Nasi, sayur
Porsi
Satu piring
Setegah piring
Frekuensi
3xsehari (pagi, siang & sore)
1 x sehari (sore)
Diet Khusus
Tidak ada
Banyak minum air putih
Makanan yang disukai
Sayur bening
Tidak ada
Pantangan
Tidak ada
Tidak ada
Nafsu makan
Biasa (baik)
Kurang
Kesulitan menelan
Tidak ada
Tidak ada
Gigi palsu
Tidak ada
Tidak ada
Data tambahan lain
-
-
     b. Minum
Pengkajian
Sebelum Sakit
Saat Sakit
Frekuensi
5xsehari
3xsehari
Jumlah (cc)
3 liter/hari
1,5 liter/hari
Jenis
Air putih, susu
Air putih, susu
Data Tambahan lain
-
-
 
   c. Antropometri
        Berat Badan
         Sebelum sakit       :  55 kg
            Saat sakit                :  54 kg
           Tinggi Badan          : 160 cm
           
Pemeriksaan
BB Ideal
IMT
Presentase Penurunan BB
Hasil
91%
22
1.9%
Keterangan
normal
normal
Keterangan:
§ BB Ideal = BB/TB – 100 x 100%
>120 % obesitas
110-120% overweigth
80-109% normal
<80% underweigth
§ Indeks Masa Tubuh (IMT)= BB(kg)/TB (m)2
<20 under W
20-24 Normal
25-30 Overweight
>30 Obesitas
§ Persentase penurunan BB = BB sblm skt-BB saat ini x 100%
BB sblm skt


Masalah Keperawatan:
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
 
 

2.Persepsi/penatalaksanaan Kesehatan (pandangan pasien terhadap penyakitnya)
                  Menurut klien akibat kurang menjaga kebersihan lingkungan rumahnya


Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
 
 

3.Pola Istirahat/Tidur
Pemeriksaan
Sebelum Sakit
Saat Sakit
Jml jam tidur siang
2 jam
1 jam
Jml jam tidur malam
8 jam
7 jam
Pengantar tidur
Suasana tenang
Suasana tenang
Gangguan tidur
Tidak ada
Tidak ada
Perasaan waktu bangun
Segar bugar
Lelah


Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan dengan pola istirahat klien.
 
 

4.Pola aktivitas latihan
Pemeriksaan
Sebelum Sakit
Saat Sakit
Alat Bantu
Tanpa alat bantu
Tanpa alat bantu
Mandi
2x sehari
1x sehari
Gosok Gigi
2x sehari
1x sehari
Keramas
1x sehari
1x sehari
Potong Kuku
1x seminggu
Tidak
Berpakaian
0
1
Eliminasi
0
0
Mobilisasi
0
1
Ambulasi
0
1
Naik/Turun Tangga
0
1
Rekreasi
0
1
Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan dengan pola aktivitas klien.
 
Skor
0 : Mandiri
1 : Dibantu sebagian
2 : Perlu bantuan orang lain
3 : Perlu bantuan orang lain dan alat
4 : Tergantung/tidak mampu
5.Pola konsep diri
a. Body image        : klien mengatakan tidak ada masalah dengan kondisi fisiknya
b. Ideal diri            : klien mengatakan ingin cepat sembuh dari sakitnya
c. Harga diri           : klien mengatakan tidak ada masalah dengan harga diri
d. Peran                    : klien mengatakan sebagai mahasiswa
e. Identitas diri      : klien mengatakan dia adalah seorang laki-laki


Masalah Keperawatan:
Tidak ada gangguan pola konsep diri klien.
 
 

6.Pola Eliminasi
Pemeriksaan Eliminasi Urin
Sebelum Sakit
Saat Sakit
Frekuensi/hari
5-7x sehari
6x sehari
Pancaran (Kuat, lemah, menetes)
kuat
sedang
Jumlah/BAK
35 ml
33 ml
Bau
Normal (ammonia)
Normal (ammonia)
Warna
kuning
kuning
Perasaan stlh BAK
nyaman
nyaman
Total Produksi urin/hari (cc)
250 cc
200 cc
Kesulitan BAK
Tidak ada
Tidak ada
Pemeriksaan Eliminasi Alvi
Sebelum Sakit
Saat Sakit
Frekuensi
2x sehari
2x sehari
Konsistensi
Lunak, hangat
Lunak, hangat
Bau
normal
normal
Warna
kuning
kuning
Kesulitan BAB
Tidak ada
Tidak ada
Balance Cairan
Pemeriksaan
Jenis (cc)
Total
Intake
Makan: nasi, sayuran : 25 cc
Minum: 35 cc
Infus: 200 cc
Transfusi: -
260 cc
Output
Urine: 35 cc
Feses: 65 cc
Muntah: -
Drainage: 70 cc
Perdarahan:
IWL: 30 cc
200 cc
Balance Cairan
Total intake-total output
260cc -200cc
Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah dengan balance cairan klien
 
7. Pola Nilai Kepercayaan
a. Larangan agama                    : larangan untuk melakukan perbuatan jahat
b.Keterangan lainnya              : -
c. Lainnya                                     : -


Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah dengan pola nilai kepercayaan yang dianut klien.
 
 

8. Pola Kognitif perceptual          
a. Bicara                                        : jelas dan lancar
b.Bahasa                                        : Jawa dan Indonesia
c. Kemampuan membaca     : lancar
d. Tingkat ansietas                    : dapat teratasi oleh diri sendiri
e. Perubahan sensori               : tidak ada perubahan sistem sensori


Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah dengan pola kognitif perceptual klien
 
 

9. Pola Koping
a. Pola koping                                          :  klien mengatakan akan mempercayai tindakan medis untuk kesembuhan penyakitnya
b. Pola peran dan berhubungan          : klien berhubungan baik dengan keluarganya


Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah dengan pola koping klien.
 
 

10. Pola Peran - Hubungan
a. Pekerjaan                                                 : mahasiswa
b. Hub. Dengan orang lain                     : berjalan dengan rukun
c. Kualitas bekerja                                    : termasuk mahasiswa yang berprestasi
d. System pendukung                              : alat- alat elektronik


Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah dengan pola peran-hubungan klien.
 
 

11.Pola Seksual Reproduksi
a. Status perkawinan                                                               : belum kawin
b. Pola seksual reproduksi                                                     : pasien laki-laki dan tidak ada gangguan seksual
c. Masalah yang terkait dengan kesehatan reproduksi : tidak ada


Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah dengan pola seksual reprodeksi
 
 

c. Pemeriksaan Fisik
1. Tingkat Kesadaran : CM       GCS: normal
2. Tanda Vital dan Respon Nyeri
a. Nadi                                    : 89 x/mnt (normal 95x/mnt)
b. Suhu                                     : 39oC (normal 36o -37,5o C)
c. RR                                         : 21 x/mnt (normal 20-24x/mnit)
d. Tekanan Darah               : 130/80 mmHg (normal 120/80)mmHg
e. Nyeri :
-Palliative/Profokatif : tidak mengalami nyeri
- Quality : tidak ada
- Region :








 

              Depan                               Belakang
- Scale : tidak ada
-Time : tidak ada


Masalah Keperawatan:
Tidak terdapat masalah keperawatan
 
 

3. Kepala :
·         Kulit           : tidak terdapat lesi, ketombe.
·         Rambut      : berwarna hitam, tidak rontok,
·         Muka          :tidak terdapat lesi,.
4. Sistem Sensori Persepsi
·         Mata
Inspeksi
Konjungtiva           :berwarna merah mudah
Sklera                     : berwarna putih, tidak ikterik
Pupil                       : isokor
Palpebra                : tidak terdapat lesi.
Lensa                     : jernih
            Palpasi
Tekanan intra Okular : normal
·         Hidung                   : tidak ada polip dan bersih
·         Gigi                         : tidak ada caries dentis
·         Bibir                       : kering dan pecah-pecah
·         Leher                     : tidak terdapat pembesaran tiroid
·         Telinga
Lubang Telinga                 : bersih, tidak ada lesi
Membran Tympani           : tidak terdapat ruftur
Gangguan Pendengaran  : tidak mengalami gangguan pendengaran.


Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah dengan sistem persepsi sensori klien
 
 

5. Sistem Respirasi
a. Inspeksi
Bentuk                        : dada simetris
b. Palpasi
Tractil Fremitus        : simetris (tidak ada nyeri tekan)
c. Perkusi                         : sonor
d. Auskultasi
Suara Nafas                  : vesikuler
Suara Nafas tambahan: tidak ada suara tambahan


Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah dengan sistem pernapasan klien.
 
 

6. Sistem Kardiovaskuler
a. Inspeksi
Bentuk                        : simetris
b. Palpasi
Iktus Cordis               : normal (teraba pada intercosta sinistra ke V)
c. Perkusi
Batas Jantung              : terletak di Intercosta ke III dextra medial dan intercosta I-V sinistra lateral mendekati midclavicula.
Pembesaran Jantung : tidak terdeapat pembesaran jantung
d. Auskultasi
Bunyi normal             : auskultasi pada ictus cordis (itercosta 5 sinistra)   terdapat suara lup dup
Bunyi tambahan        : tidak terdapat bunyi jantung tambahan
e. Cappilary Refill           : < 2 detik


Masalah Keperawatan:
Tidak terdapat masalah keperawatan
 
 

5. S i s t em Persyarafan (Neurogical )
a. GCS
Eye                  : 4
Verbal             : 6
Motorik          : 5
b. Sistem sensorik
Tajam                         : tidak terdapat gangguan pada ketajaman fungsi sensorik
Tumpul           : tidak terdapat ketumpulan pada sistem sensorik
Halus              : tidak terdapat masalah pada kehalusan fungsi sensorik
Kasar              : tidak terdapat kekasaran pada sistem sensorik
c. Sistem motorik
Keseimbangan           : mampu bergerak dengan seimbang dan baik
Koordinasi gerak      : tidak terdapat masalah pada koordinasi gerak
d. Reflek
Bisep               : berespon sempurna
Trisep                         : berespon sempurna
Patella             : berespon sempurna
Meningeal      : berespon sempurna
Babinsky        : berespon sempurna
Chaddock       : berespon sempurna


Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah dengan sistem persyarapan.
 
 

6. S i s t em Gastrointestinal
a. Inspeksi
Bentuk            : simetris, tidak terdapat ulserasi
Tepi Perut      : simetris, tidak terdapat lesi atau gangguan lainnya.
Bendungan pembuluh darah: tidak ada
Ascites            : tidak ada
b. Auskultasi
Peristaltik       : 14 x/mnt (normal : 15-25 x/mnt)
c. Palpasi
Nyeri                           : tidak terdapat nyeri tekan
Massa                                     : tidak ada massa pada saat dipalpasi
Benjolan                     : tidak  terdapat benjolan
Pembesaran hepar   : tidak ter
Pembesaran Lien      : tidak ada
Titik Mc. Burney        : bentuk bulat, tidak ada kotoran, tidak ada lesi
d. Perkusi            : bunyi resonan
e. Rektum            : tidak ada masalah pada saat buang air besar


Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah dengan sistem gastrointestinal
 
 

7. Sistem Musculoskeletal
a. ROM                             : penuh
b. Keseimbangan            : normal, dapat berdiri tegak, bergerak dengan leluasa
c. Kekuatan otot
Ekstremitas superior dextra            : 5/5
Ekstremitas superior sinistra          : 5/5
Ekstremitas inferior dextra                         : 5/5
Ekstremitas inferior sinistra            : 5/5


Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah dengan sistem muskuloskeletal.
 
 

8. S i s t em Integument
a. Inspeksi                 :  tidak terdapat luka, kulit tampak sedikit kering
b. Palpasi                   :  tidak ada nyeri tekan, tidak kasar
c. Pitting Oedem    :  tidak terdapat pitting oedem
d. Akral                       :  teraba hangat


Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah dengan sistem integumen.
 
 

9. Sistem Reproduksi
a. Pria
Inspeksi               : tidak ada kelainan pada alat reproduksi
Palpasi                 : tidak ada nyeri tekan pada alat reproduksi, tidak terdapat kelainan
b. Wanita
Inspeksi               : -
Palpasi                : -


Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah dengan sistem reproduksi.
 
 

12. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Hari/Tgl/Jam
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Nilai Normal
Keterangan
Kamis19 Sep 2013
08.00 WIB
Hematokrit
Hemoglobin
Leukosit
Trombosit
45%
18 gr/dl
3.500/mm3
76.000/ml
37-43%
12-14 gr/dl
5.000-10.000/mm3
150.000-400.000/ml
Meningkat
Meningkat
Menurun
Menurun
13. Terapi
a. Cairan IV
Cairan Glukosa 5% dalam 0,45% NaCl : 500 ml 20 x tetes/menit.
Cairan Glukosa 5% dalam'h Laktat Ringer : 500 ml 20 x tetes/menit.
b. Obat peroral
            Paracetamol dosis 10-15 mg/kg BB setiap 3-4 jam 2x1/hari
Chloral hidrat dosis 12,5-50 mm/kg 1x1/hari
c. Obat Parenteral
           
ANALISA DATA
Nama : Sdr. W                                   Rumah sakit Guna Bakti
Umur : 20 tahun
Dx medis: DBD                     Alamat : Jln Puri permata
                                                                       Condongcatur, Depok,Sleman,
YOGYAKARTA
NO
HARI/ TGL/ JAM
ANALISA DATA
PROBLEM
ETIOLOGI
KODE NANDA
PARAF
1
Kamis, 19 september 2013
DS:
-          klien mengatakan mengalami demam secara mendadak naik turun
DO:
-          S : 39 0C
-          Akral : Hangat
-          TD :
Hipertermi 
Proses perjalanan penyakit DBD
Ners S
2
Kamis,
 19 september  2013
10.10 WIB
DS :
-          Klien mengatakan sulit untuk minum karena mulut terasa pahit
-          Klien mengatakan mual dan muntah
DO :
-          Akral : Hangat
-          Turgor kulit jelek (kurang elastis)
-          Bibir kering dan pecah-pecah. 
Kekurangan Volume Cairan.
Ketidakseimbangan output dan input cairan
Ners N
3
Kamis,
 19 september 2013
10.15 WIB
DS :
-          Klien mengatakan nafsu makan berkurang
-          Klien mengatakan perutnya mual saat makan
DO :
-          Klien tampak lemas dan pucat
-          Berat badan klien turun 1 kg
-          Klien tampak kurang meminati makanan
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Ketidak mampuan mencerna makanan
Ners A
4
Kamis,
 19 september 2013
10.25 WIB
DS :
-          Klien mengatakan badannya terasa lemah
-          Klien mengatkan tidak dapat melakukan aktifitas yang sederhana
DO :
-          Klien tampak lesu
-          Klien tampak ketergantungan dengan orang lain dalam beraktifitas
Intolerasi Aktivitas
Kelemahan fisik
Ners L
5
DS :
-          Klien mengatakan kulitnya kering
DO :
-          Kulit klien tampak kering
-          Turgor kulit jelek
Resiko kerusakan integritas kulit
Mobilitas menurun
Ns H
Diagnosa Prioritas Keperawatan
  1. Kekurangan volume cairan b.d Ketidakseimbangan output dan input cairan
  2. Hipertermi b.d Proses perjalanan penyakit DBD
  3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Ketidak mampuan mencerna makanan
4.      Intolerasi Aktivitas b.d Kelemahan fisik
5.      Resiko kerusakan integritas kulit b.d mobilitas menurun
RENCANA KEPERAWATAN
No
Hari,tgl jam
DX. KEP
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
TD
1
Kamis,
 19 september 2013
10.35 WIB
Kekurangan volume cairan b.d Ketidakseimbangan output dan input cairan
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah kekurangan vokume cairan.
KH :
-          Turgor kulit baik
-          Tanda-tanda vital dalam batas normal
-          Rencana intervensi
1.    Kaji keadaan umum klien dan tanda-tanda vital.
2.    Kaji input dan output cairan.
3.    Observasi adanya tanda-tanda syok.
4.    Anjurkan klien untuk banyak minum.
5.    Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan I.V.
§  Mengetahui dengan cepat penyimpangan dari keadaan normalnya.
§  Mengetahui balance cairan dan elektrolit dalam tubuh/homeostatis.
§  Agar dapat segera dilakukan tindakan jika terjadi syok.
§  Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh.
§  Pemberian cairan I.V sangat penting bagi klien yang mengalami deficit volume cairan untuk memenuhi kebutuhan cairan klien.
Ns K
2.
Kamis,
 19 september 2013
10.35 WIB
Hipertermi b.d proses perjalanan penyakit DBD
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pengaturan suhu tubuh pasien normal dengan indikator :
§ Suhu tubuh dalam rentang normal
§ Nadi dan RR dalam rentang normal
§ Temperatur kulit sesuai dengan rentang yang diaharapkan
§ Tidak ada sakit kepala
§ Tidak ada nyeri otot
§ Pernafasan sesuai dengan yang diharapkan
§ Hidrasi adekuat
§ Melaporkan kenyamanan suhu tubuh






1.Kaji suhu tubuh klien dan ukur tanda-tanda vital lain seperti nadi, TD dan respirasi
2.Berikan klien kompres hangat pada lipatan tubuh dan terdapat banyak pembuluh darah besar seperti aksilla, perut )
3.Anjurkan klien untuk minum 2 liter/hari jika memungkinkan
4.Anjurkan klien untuk tirah baring   ( bed rest )
5.Kolaborasi untuk pemberian antipiretik dan antiradang seperti salisilat/ prednison serta pemberian Benzatin penicillin
§ Mengetahui data dasar terhadap perencanaan tindakan yang tepat
§ Membantu meberikan evek vasodilatasi pembuluh darah sehungga pengeluaran panas terjadi  secara evaporasi
§ Peningkatan suhu juga dapat meyebabkan kehilangan cairan akibat evaporasi
§ Mencegah terjadinya peningkatan reaksi peradangan dan hipermetabolisme.
§ Mengurangi proses peradangan sehingga peningkatan suhu tidak terjadi.
NsC
3.
Kamis,
 19 september 2013
10.45 WIB
Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh b.d Ketidak mampuan mencerna makanan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan penurunan curah jantung dapat diatasi dengan KH:
· Klien mengatakan anoreksia berkuarang dan hilang,
· masukan makanan adekuat
· kelemahan hilang.
· Intake nutrien normal
· Intake makanan dan cairan normal
· Berat badan normal
· Massa tubuh normal
1.Kaji status nutrisi, perubahan berat badan, pengukuran antropometrik
2.Beri makan sedikit tapi sering
3.Masukkan makanan kesukaan anak dalam diet
4.Atur makanan secara menarik diatas nampan
5.Atur jadwal pemberian makanan
6.Berikan makanan yang bergizi tinggi dan berkualitas
·  Menyediakan data dasar untuk memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi
·  Membantu mengurangi produksi asam lambnung/HCl akibat faktor-faktor perangsang dari luar tubuh
·  Membantu dalam mempertimbangkan penyusunan menu sehingga klien berselera makan
·  Mendorong peningkatan selera makan.
·  penyusunan menu sehingga klien teratur jam makannya
·  nutrisi yang tepat dapat membantu proses penyembuhan bagi penyakit klien
NsZ
4.
Kamis,
 19 september 2013
10.45 WIB
Intoleransi aktivitas b.d Kelemahan fisik
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah intoleransi aktivitas.
KH :
-          Kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhi.
-          Klien mampu mandiri setelah bebas demam
:
1.       Kaji hal-hal yang mampu dilakukan klien.
2.       Bantu klien memenuhi kebutuhan aktivitasnya sesuai dengan tingkat keterbatasan klien.
3.       Beri penjelasan tentang hal-hal yang dapat membantu dan meningkatkan kekuatan fisik klien.
4.       Libatkan keluarga dalam pemenuhan ADL klien
5.        Jelaskan pada keluarga dan klien tentang pentingnya bedrest ditempat tidur.
§  Mengetahui tingkat ketergantungan klien dalam memenuhi kebutuhannya.
§  Bantuan sangat diperlukan klien pada saat kondisinya lemah dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari tanpa mengalami ketergantungan pada orang lain.
§  Dengan penjelasan, pasien termotivasi untuk kooperatif selama perawatan terutama terhadap tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan fisiknya.
§  Keluarga merupakan orang terdekat dengan klien
§  Untuk mencegah terjadinya keadaan yang lebih parah
Ns K
5.
Kamis,
 19 september 2013
11.05 WIB
Resiko kerusakan integritas kulit b.d mobilitas menurun
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah intoleransi aktivitas.
KH :
1.Mempertahakan  integritas kulit.
2. Tidak ada maserasi.
3. Tidak ada tanda-tanda cidera termal.
4. Tidak ada infeksi.
1.Lindungi kulit yang sehat dari kemungkinan maserasi (hidrasi stratum korneum yg
    berlebihan) ketika memasang balutan basah.
    
2. Hilangkan kelembaban dari kulit dengan penutupan dan menghindari friksi.
    
3. Jaga agar terhindar dari cidera termal akibat penggunaan kompres hangat dengan
    suhu terllalu tinggi & akibat cedera panas yg tidak terasa (bantalan pemanas,
    radiator).
4. Nasihati klien untuk
menggunakan kosmetik dan preparat tabir surya.
·   Maserasi pada kulit yang sehat dapat menyebabkan pecahnya kulit dan
    perluasan kelainan primer.
·  Friksi dan maserasi memainkan peranan yang penting dalam proses
    terjadinya sebagian penyakit kulit
·   Penderita dermatosis dapat mengalami penurunan sensitivitas terhadap
    panas.
·   Banyak masalah kosmetik pada hakekatnya semua kelainan malignitas
    kulit dapat dikaitkan dengan kerusakan kulit kronik.
Ns L